Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Yordania Buka Masjid dan Gereja pada 5 Juni

Agregasi VOA , Jurnalis-Jum'at, 29 Mei 2020 |17:25 WIB
Yordania Buka Masjid dan Gereja pada 5 Juni
Masjid King Abdullah 1 Yordania. (Foto/Wikimedia Commons)
A
A
A

AMMAN - Yordania, Kamis (28/5), mengumumkan akan membuka kembali sejumlah masjid dan gereja pada Jumat pekan depan, 5 Juni, ketika negara kerajaan itu mulai melonggarkan aturan pembatasan terkait virus corona.

Sebagai langkah pertama, masjid hanya akan dibuka pada siang hari untuk salat Jumat. Juru bicara pemerintah Amjad Adaileh mengemukakan aturan jam malam virus corona akan diamandemen sehingga warga dapat mengunjungi tempat-tempat ibadah dengan berjalan kaki.

Masjid dan gereja ditutup sejak pertengahan Maret 2020 sebagai upaya untuk menahan penyebaran COVID-19.

Negara Timur Tengah itu mencatat 728 infeksi baru virus tersebut dan sembilan kematian pada Kamis (28/5).

Namun, jumlah infeksi diperkirakan jauh lebih tinggi karena banyak orang belum menjalani pengetesan. Beberapa penelitian menunjukkan orang dapat terinfeksi virus tanpa menunjukkan gejala.

Sementara di Yaman, negara yang terkoyak oleh perang dan krisis kemanusiaan yang memprihatinkan selama lima tahun terakhir, mengakibatkan Yaman berada di tepi jurang kehancuran. Dan kini, Yaman menghadapi Covid-19, yang menurut PBB menyebar dengan "cepat dan luas" di seluruh negeri. 

"Kami mendapat sejumlah laporan menyedihkan mengenai banyaknya orang yang mengalami demam tinggi dan kesulitan dalam bernafas ditolak dari beberapa fasilitas kesehatan baik yang penuh ataupun tidak mampu memberikan perawatan yang aman," kata Kepala Bidang Kemanusiaan PBB Mark Lowcock kepada sejumlah wartawan, Kamis (28/5). 

Lowcok berbicara dalam pertemuan virtual dengan beberapa pejabat organisasi lainnya. "Amat disayangkan, orang-orang menderita dan sekarat di rumah." 

Para pejabat kesehatan setempat juga melaporkan puluhan warga yang tak dapat diidentifikasi meninggal per hari. 

"Pandemi menyebar luas, menambah penyakit lainnya seperti kolera, demam berdarah dan chikungunya," kata Adam al-Jaidi, seorang dokter yang bertugas di Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada garis terdepan tanggap virus corona di barat daya Provinsi Taiz . 

Al-Jaidi menyatakan para pejabat setempat tidak serius mengambil sejumlah langkah pencegahan dan beberapa pihak tetap terus bertikai, yang semakin memperumit situasi itu. 

Sistem kesehatan Yaman hancur akibat terkoyak perang selama lima tahun. Hanya setengah dari fasilitas layanan kesehatan yang ada masih dapat berfungsi. Sebagian besar fasilitas itu tidak memiliki staf, persediaan dan peralatan medis yang memadai untuk menghadapi perebakan wabah virus corona.

(Rachmat Fahzry)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement