KOTA MALANG – Tim Satgas Pemakaman Pasien Covid-19 dari kepolisian menceritakan puluhan jenazah terkait virus corona telah dimakamkan sejak Maret hingga Juni 2020.
Kasat Intelkam Polresta Malang Kota, Kompol Setiono sekaligus anggota Satgas menuturkan, total ada 63 jenazah yang dimakamkan dengan protokol pemulasaran jenazah Covid-19.
"Saya membantu hari ini, saya sendiri sudah membantu 57, dari total 63 jenazah," ucap Kompol Setiono, pada Rabu (8/7/2020).
Ia menambahkan, kini warga Kota Malang lebih sensitif melihat ada orang lain yang meninggal dunia dengan gejala-gejala yang identik dengan Covid-19. Hal itu mengingat beberapa kali ada kasus kematian yang sebenarnya disebabkan bukan karena Covid-19. Misalnya kematian akibat minum miras, karena takut menyentuh jenazah akhirnya warga memanggil tim Satgas Pemakaman Pasien Covid-19.
"Ini minum alkohol meninggal. Ada yang ngamen kemudian meninggal gejalanya sama minum alkohol, ada yang di rumah-rumah. Kalau meninggal sekarang pasti manggil (tim Satgas Pemakaman Covid-19-red), enggak berani dia. Pokok sekarang kalau meninggal manggil," ujarnya.
Dari jumlah jenazah tersebut, Setiono melanjutkan, tidak semuanya dari Kota Malang, ada juga dari dari daerah luar atau warga ber-KTP Malang, tapi tinggal di luar daerah.

"Warga Malang kota (mayoritas), di luar kiriman dari Surabaya biasanya dari luar kota kayak kemarin tanpa tinggal tetap. Tidak dikubur di sana (Surabaya), tapi kok dikubur di sini. Saya juga bingung. Dia tinggal di Surabaya, tapi dia tidak punya KTP sana. Maka kita yang ngambil karena KTP-nya Kota Malang KTP, tapi meninggalnya di Surabaya," katanya.
Selain dari Surabaya, lanjut Setiono, ada warga lainnya yang ia makamkan di Kota Malang dengan prosedur protokol kesehatan Covid-19.
"Kemarin ada Lumajang, Surabaya tiga sampai empat kali ngambil di sana. Kita ditelepon jam 11 malam ngambil, sampai sini jam 4 pagi, prosesnya lama, jam setengah 5 kami makamkan. Yang ngambil istirahat, kami ambil alih masuk Malang ganti sopir, terus mereka istirahat saya dan teman-teman itu makamkan," ujarnya.
Mayoritas jenazah tersebut biasanya berstatuskan pasien dalam pengawasan (PDP) corona. Pihaknya dihubungi diminta untuk memakamkan jenazah tersebut. Hal ini berbeda dengan sebelumnya yang terlebih dahulu menunggu hasil swabnya keluar baru dimakamkan.
"Kita diminta ngambil. Kalau dulu belum, PDP kan masih perdebatan, kalau meninggal pun ditunggu sampai hasil swabnya keluar. Kalau keluar baru ini PDP menghubungi kami (untuk dimakamkan)," ucapnya.
Kini menurut Setiono, hampir setiap hari ada pasien-pasien terindikasi Covid-19 yang meninggal dunia dan dimakamkan dengan protokol pemulasaran corona.
Baca Juga : Kisah Polisi Makamkan Jenazah Covid-19, Sempat Takut dan Ditolak Keluarga
"Sekarang sehari banyak, dulu awalnya satu sekarang bisa dua, sampai empat sehari, setiap minggu empat kali. Pernah Minggu itu lima kali, Senin kemarin empat," tuturnya.
Oleh sebab itu ia berpesan ke masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
Baca Juga : Ini 10 Kabupaten/Kota dengan Rasio Kasus Corona Tertinggi
(Erha Aprili Ramadhoni)