SINGAPURA - Seorang pria Singapura mengaku bersalah telah bertindak di bawah perintah pejabat intelijen China untuk mengumpulkan informasi dari orang-orang Amerika Serikat (AS).
Jun Wei Yeo atau yang dikenal sebagai Dickson Yeo pertama kali terlibat dalam skandal mata-mata itu pada 2015, ketika dia yang berstatus sebagai mahasiswa program PhD Singapura, diundang untuk memberikan presentasi akademik di Beijing.
Menurut dokumen Pengadilan AS, setelah presentasinya Yeo didekati oleh beberapa orang yang mengatakan mereka bekerja untuk lembaga think tank China. Mereka mengatakan ingin membayarnya untuk memberikan "laporan dan informasi politik".
BACA JUGA: AS Tangkap Pemandu Wisata yang Jadi Mata-Mata China
Namun, mereka kemudian akan menentukan dengan tepat apa yang mereka inginkan: "scuttlebutt" atau rumor dan pengetahuan dari orang dalam.
Yeo segera menyadari bahwa orang-orang itu adalah agen intelijen China, tetapi dia tetap menjalin kontak. Mulainya dia diminta fokus pada negara-negara di Asia Tenggara tetapi kemudian, minat mereka beralih ke pemerintah AS.

Tangkapan layar profil LinkedIn yang sekarang dihapus oleh Dickson Yeo
Begitulah awal mula Yeo memasuki jalur menjadi agen China. Dia kemudian menggunakan situs jejaring profesional LinkedIn, sebuah perusahaan konsultan palsu dan menyamar sebagai akademisi yang penasaran untuk memikat target Amerika.
Pada Jumat (24/7/2020), di tengah ketegangan yang mendalam antara AS dan China dan tindakan keras yang diambil Washington pada mata-mata Beijing, Yeo mengaku bersalah di pengadilan AS atas tuduhan menjadi "agen asing ilegal". Pria berusia 39 tahun itu ditangkap pihak berwenang AS pada November 2019 dan saat ini menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara.
BACA JUGA: Intelijen China Gunakan LinkedIn untuk Rekrut Mantan Pegawai Pemerintah AS
Menurut dokumen pengadilan yang dirilis dengan pengakuan bersalah Yeo, dia tersebut bertemu dengan penangannya dari Tiongkok dalam berbagai kesempatan di berbagai lokasi di China. Dalam satu pertemuan ia diminta untuk secara khusus memperoleh informasi tentang Departemen Perdagangan AS, intelijen buatan (AI), dan perang dagang Tiongkok-AS, demikian diwartakan BBC.
Bilahari Kausikan, mantan sekretaris tetap di kementerian luar negeri Singapura, mengatakan dia "tidak ragu bahwa Dickson tahu dia bekerja untuk badan intelijen China". Kausikan mengatakan bahwa Yeo bukan “orang bodoh yang berguna tanpa disadari”.
Yeo membuat kontak krusialnya menggunakan LinkedIn, situs jejaring kerja dan karier yang digunakan oleh lebih dari 700 juta orang. Dalam dokumen pengadilan platform itu digambarkan hanya sebagai "situs web jaringan profesional", tetapi penggunaannya dikonfirmasi oleh Washington Post.
Mantan pegawai dan kontraktor pemerintah dan militer tidak malu mem-posting secara detail rincian sejarah pekerjaan mereka di situs web untuk mendapatkan pekerjaan yang menguntungkan di sektor swasta. Ini menjadi sebuah tambang emas potensial bagi badan intelijen asing untuk memperoleh target dan informasi yang mereka inginkan.
Yeo telah mendaftar sebagai mahasiswa PhD dalam program Kebijakan Publik Sekolah Lee Kuan Yew Kebijakan Publik (LKYSPP) pada 2015. Menurut, seorang juru bicara LKYSPP pada 2019, ia telah memohon dan diberikan cuti. Setelah pengakuannya ini Yeo telah diberhentikan dari LKYSPP.
(Rahman Asmardika)