Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

18 Tahun Diteliti, "Vegan" Berisiko Alami Patah Tulang Lebih Besar

18 Tahun Diteliti,
Foto: Shutterstock
A
A
A

INGGRIS - Para “vegan” dianggap berisiko lebih besar menderita patah tulang karena pola makan mereka.

Para peneliti mengatakan mereka yang menjalani diet trendi memiliki kemungkinan 2,3 kali lebih besar mengalami patah pinggul daripada pemakan daging.

Penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan Populasi Nuffield di Universitas Oxford ini mengamati hampir 55.000 peserta dalam studi EPI-Oxford, yang merekrut pria dan wanita pada rentang waktu 1993 hingga 2001, dan mencatat preferensi makanan mereka.

Peserta terus ditindaklanjuti rata-rata selama hampir 18 tahun. Menurut catatan rumah sakit dan sertifikat kematian, para peserta menderita hampir 4.000 patah tulang.

(Baca juga: Paus Fransiskus Desak Orang Miskin Dilibatkan Pasca-pandemi Covid-19)

Dari penelitian itu ditemukan sebanyak 43 persen lebih mungkin menderita patah tulang. Sementara itu, 25 persen lebih mungkin mengalami patah pinggul dibandingkan mereka yang makan daging.

Penelitian ini juga mengatakan sebanyak 59 vegan lebih mungkin mengalami patah tulang rusuk atau tulang selangka, ketimbang mereka yang memakan daging. Namun analisis lebih dekat menunjukkan hal ini didorong oleh patah tulang di tulang belakang.

Temuan terbaru ini tidak membedakan antara orang yang patah tulang akibat kecelakaan seperti tabrakan mobil, dan mereka yang mungkin menderita patah tulang karena tulangnya rapuh.

Ada yang berpendapat jika tulang kelompok vegan lebih lemah karena mereka menghindari produk susu seperti keju dan susu. Di sisi lain, ada beberapa bukti jika asupan kalsium di masa dewasa memengaruhi kepadatan tulang, meski tidak jelas apakah hal ini meningkatkan risiko menderita patah tulang.

Vegan yang kurus juga dianggap memiliki lebih sedikit lemak untuk menahan beban saat mereka terjatuh, yang mungkin membuat tulang lebih mudah patah.

“Studi ini menunjukkan kelompok vegan, yang rata-rata memiliki BMI (indeks massa tubuh) lebih rendah, serta asupan kalsium dan protein yang lebih rendah dibandingkan pemakan daging, memiliki risiko patah tulang yang lebih tinggi di beberapa lokasi,” terang penulis utama studi Dr Tammy Tong, dikutip Daily Mail.

“Individu harus mempertimbangkan manfaat dan risiko diet mereka, dan memastikan mereka memiliki tingkat kalsium dan protein yang memadai, dan juga menjaga BMI yang sehat - yaitu, tidak di bawah atau kelebihan berat badan,” tambahnya.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal BMC Medicine, menunjukkan 1.000 vegan akan menderita hampir 15 tulang patah ekstra di antara mereka setiap dekade dibandingkan dengan pemakan daging.

Vegetarian akan menderita hampir tiga patah tulang tambahan, dengan bukti yang menunjukkan jika protein meningkatkan penyerapan kalsium tubuh, yang dapat membantu memperkuat tulang.

Sementara itu, berdasarkan temuan tersebut, penjelasan alternatif yang masuk akal adalah kelompok vegan cenderung lebih ramping daripada pemakan daging.

Meskipun hal ini mungkin baik untuk kesehatan mereka, namun tulang mereka memiliki bobot massa yang lebih sedikit untuk menopang tubuh, sehingga bisa jadi lebih lemah dan riskan.

(Amril Amarullah (Okezone))

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement