JAKARTA - Warga Desa Lemba Tonga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng) dibuat gempar atas penemuan jasad satu keluarga yang dibunuh secara sadis. Pada Jumat 27 November 2020 sekitar pukul 09.00 Wita, warga menemukan jasad warga bernama Yasa beserta istri, anak dan menantunya yang tergeletak bersimbah darah di sekitar rumahnya.
Tak hanya membunuh satu keluarga, para pelaku juga membakar sejumlah rumah warga yang salah satunya dijadikan tempat ibadah. Sampai hari ini, jejak para pelaku belum juga ditemukan. Polisi menyebut, pembunuhan itu diduga dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.
"Diduga kelompok mereka (MIT)," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono saat dikonfirmasi pada Sabtu 28 November 2020.
Baca Juga: Pasca Serangan Teroris di Sigi, Polisi Gencarkan Patroli di Polman
Polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) atas pembunuhan sadis satu keluarga tersebut. Pimpinan kelompok teroris MIT, Ali Kalora, dituding ikut andil dalam kasus pembunuhan itu. Siapa sebenarnya sosok Ali Kalora? orang yang saat ini masih belum ditemukan, berikut faktanya:
1. Nama sebenarnya Ali Ahmad.
Ali Kalora alias Ali Ambon alias Ali Muhammad merupakan pimpinan kelompok MIT. Dia memiliki nama asli Ali Ahmad. Ali lahir di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kota Poso, Sulteng. Nama ‘Kalora’ pada namanya diambil dari desa tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora sering digunakan untuk mengenalinya.
2. Memiliki kedekatan dengan Santoso.
Ali Kalora adalah salah satu pengikut setia pentolan MIT yakni Abu Wardah Asy Ayarqi alias Santoso. Pada 18 Juli 2016, Santoso tewas dalam baku-tembak dengan Satgas Operasi Tinombala bentukan Polda Sulteng di pedalaman Poso. Setelah itu, kepemimpinan MIT diteruskan oleh Basri.
Namun, pada 14 September 2016 Basri ditangkap. Jejak rekam Ali bersama MIT sudah cukup lama. Ali sudah mengikuti Santoso menebar teror sejak 2011. Bahkan, dia menjadi salah satu orang kepercayaan Santoso. Faktor kedekatannya dengan Santoso membuat dia diangkat menjadi pemimpin MIT.
3. Bersembunyi di hutan belantara.
Kemampuan Ali dalam mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin. Ali disebut bersembunyi di hutan belantara di pegunungan yang ada di sekitar wilayah Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng bersama dengan sisa kelompok MIT. Ali adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso.
Baca Juga: Densus 88 Tembak Mati Terduga Teroris terkait Penyerang Wakapolres Karanganyar