MALANG - Di tengah kesibukan kuliah daring mahasiswa di Malang aktif berperan menguburkan jenazah - jenazah pasien Covid-19. Mahasiswa bernama Rizvan Nanda Irianto menjadi satu dari sejumlah relawan tim pemulasaran jenazah Covid-19 yang berjuang di garda terdepan.
Pemuda berusia 19 tahun ini telah menjadi relawan pemulasaran jenazah Covid-19 sejak tiga bulan lalu. Menurutnya, ia terpanggil ikut mengurusi jenazah - jenazah pasien Covid-19 lantaran prihatin melihat kondisi tim pemulasaran yang terlalu letih karena banyaknya jumlah kematian baik pasien suspek maupun terkonfirmasi positif Covid-19.
"Sudah tiga bulan lalu menjadi relawan. Memang panggilan hatinya kebetulan sejak SMP saya sudah jadi relawan sosial," ungkap Rizvan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Saat ditemui Rizvan tengah bersiap melakukan pemakaman salah satu pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dari kawasan Jalan Bunga Srigading, di pemakaman Tembelangan, Kelurahan Jatimulyo, Lowokwaru, Kota Malang.
Rizvan bersama teman - teman relawan lainnya menggunakan pakaian hazmat satu per satu. Sambil sesekali meminum air mineral yang disiapkan warga para relawan ini perlahan menggunakan hazmat yang menjadi pelindung dirinya.
"Ya memang ribet harus pakai hazmat, tapi saya ikhlas, saya itu selalu ingin membantu orang, kalau tidak membantu rasanya ada yang berbeda," ungkapnya.
Dirinya mengisahkan selama tiga bulan menjadi relawan pemulasaran jenazah pasien Covid-19, sejumlah cerita pernah dialaminya. Mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan UMM ini pernah ditolak warga sekitar lokasi pemakaman karena takut bila jasad pasien Covid-19 ini akan menularkan virus.
"Pernah ditolak saat mengantarkan jenazah korban Covid-19, padahal sudah sesuai protokol kesehatan. Pernah dilempari sampah, dilempari batu bata, pernah. Tapi ya kita tahu mereka mungkin karena belum paham," jelasnya.