Beberapa sektor usaha secara terang-terangan menerapkan membatasi pekerja untuk mudik. "Suatu malam minggu lalu, perusahaan kami tiba-tiba meminta kami menghadiri pertemuan online," kata Yufan Gao, bukan nama sebenarnya, yang bekerja di perusahaan milik negara.
"Pimpinan saya mengabarkan bahwa dia sangat merekomendasikan kami menghabiskan Tahun Baru Imlek di Beijing. Semua pegawai yang akan pergi diharuskan mengisi formulir permohonan. Tapi dia berkata kemungkinan permohonan itu dikabulkan sangat rendah. Hanya 20% pegawai yang diizinkan untuk mudik. Saya kecewa," ujarnya Gao.
Tapi apakah berbagai strategi itu akan berhasil? Mungkin saja. Tapi warga China seperti Liu, seorang pekerja di sektor ekspedisi di Beijing, berkata tidak akan ada yang akan menghalanginya mudik.
"Istri dan anak-anak saya ada di kampung. Saya sudah tidak bertemu mereka selama enam bulan. Saya sangat merindukan mereka," kata Liu.
"Meski ada banyak hambatan, Anda tetap harus mudik karena inti dari bekerja di kota besar adalah mencari nafkah. Jika Anda tidak bisa melihat keluarga, tidak akan ada dorongan untuk bekerja," tuturnya.
Pelarian total
Beberapa tujuan wisata paling populer di dunia berada di sekitar China. Pada tahun 2019, masyarakat China melakukan perjalanan ke berbagai negara di Asia. Destinasi populer mereka antara lain Jepang dan Thailand.
Imlek adalah salah satu periode paling populer untuk bepergian. Ctrip, agen perjalanan online terbesar di China, memperkirakan sekitar tujuh juta turis dari negara itu melakukan perjalanan ke luar negeri selama festival musim semi tahun 2019.
Jepang kedatangan 723.617 turis dari China, hanya selama Februari 2019. Namun saat pandemi Covid-19 muncul tahun 2020, jumlah warga China yang berplesir ke luar negeri turun drastis.
Sejumlah turis dari China memang berhasil berpergian sebelum karantina total diberlakukan. Akan tetapi, tahun ini mereka tidak akan mendapatkan peluang itu sama sekali.
Thailand, Singapura, Vietnam, Jepang, dan Malaysia adalah beberapa destinasi paling populer di Asia. Namun mereka telah menutup perbatasan untuk para pelancong.
Dan kalaupun warga China menemukan cara bagi untuk pergi ke luar negeri, mereka akan menemukan hambatan besar untuk pulang.
Semua kedatangan ke China wajib melalui karantina selama 14 hari di lokasi yang ditentukan pemerintah. Orang yang datang dari luar negeri juga harus menjalani empat tes Covid-19. Jika lolos, mereka kemudian masih harus menjalani karantina rumah selama tujuh hari.
Tapi bukan hanya turis China yang merasakan kekecewaan ini. Anchalika Kijkanakorn, pendiri dan direktur AKARYN Hotel Group, operator resor mewah di Thailand, yakin Tahun Baru Imlek kali ini akan berlangsung lengang.
"Selama beberapa dekade terakhir, dengan meningkatnya jumlah turis China, Tahun Baru Imlek mencuat menjadi periode puncak dalam kalender pariwisata Thailand," katanya.
"Pembatasan tahun ini belum pernah terjadi sebelumnya karena tahun lalu pandemi Covid-19 terjadi setelah Imlek berakhir. Pariwisata Thailand akan merasakan dampaknya," ujar Kijkanakorn.
(Angkasa Yudhistira)