Selama beberapa bulan terakhir, CaSSIS telah mengambil gambar hingga 300 gambar per minggu.
Instrumen tersebut memiliki kemampuan warna yang kuat sehingga tim menggabungkan temuannya dengan sistem pencitraan resolusi ultra-tinggi NASA, HiRISE, yang terbang di Mars Reconnaissance Orbiter.
"Saat ini kami bekerja sama dalam banyak hal di bidang ilmiah," kata Prof Thomas.

Karbon dioksida membeku di dataran tinggi Mars. (Foto: ESA/Roscosmos/CaSSIS)
Area di Mars yang telah difoto oleh CaSSIS adalah wilayah dekat Sisyphi Tholus, tempat endapan embun beku telah didokumentasikan sebelumnya.
Di lintang tinggi, es karbon dioksida dan embun beku berkembang, yang dapat dilihat ada retakan di medan.
Bagaimana cara kerja CaSSIS?
Tim memilih target tertentu dari database sebelum menangkap gambarnya.
CaSSIS terbang di atas permukaan dengan kecepatan sekitar 3 km/detik, jadi gambar harus diambil dengan sangat cepat. Waktu pencahayaan untuk gambar hanya 1,5 md.
BACA JUGA: Catat Sejarah, UEA Berhasil Luncurkan Satelit ke Mars
"Kami mendapatkan sekitar 4,5 m per piksel di permukaan dari jarak sekitar 400 km - jadi ini sedikit seperti melihat bus di London dari Liverpool," jelas Prof Thomas.
Kamera menggunakan citra warna palsu untuk memperkaya temuannya.

Endapan es karbon dioksida di Sisyphi Planum, Mars. (ESA/Roscosmos/CaSSIS)
Warnanya berbeda dari yang terlihat di mata manusia, tetapi ini membantu tim CaSSIS mencari mineral berbeda yang memantulkan sinar matahari dalam warna berbeda.
"Kami ingin CaSSIS melakukan kegiatan sains, jadi kami memutuskan untuk tidak memasukkan warna merah, hijau, dan biru sederhana ke dalam sistem kamera, tetapi mengoptimalkan warna untuk menambah pengetahuan sains," tambah Thomas.
Thomas mengatakan tim biasanya memiliki empat hingga enam kesempatan per tahun untuk mengambil gambar situs seperti Jezero.