Saat itu dia juga mem-posting video di mana dia membandingkan Muslim Kaukasus dan migran dengan kecoak dan bahkan menyarankan untuk menggunakan “pistol” terhadap mereka dalam salah satu klip tersebut.
Belakangan, saat mencalonkan diri sebagai Wali Kota Moskow, dia secara signifikan mengurangi retorikanya tetapi tidak pernah benar-benar menyangkal pernyataan sebelumnya.
here is another video navalny is not keen to share anymore, in which he compares muslims to cockroaches and flies and recommends shooting them with guns if swatters and shoes failhttps://t.co/xf0yDtA4s5
— katya (@kazbek) January 19, 2021
Pada 2017, dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, dia mengatakan bahwa dia "tidak menyesal" tentang pernyataan masa lalunya dan menyebut perbandingan migran dengan kecoak sebagai "lisensi artistik". Pada Oktober lalu Navalny juga mengatakan kepada majalah Der Spiegel Jerman bahwa dia memiliki "pandangan yang sama" yang dia pegang saat terjun ke dunia politik.
Penahanan terbaru Navalny terkait dengan kasus 2014 ketika ia dinyatakan bersalah menggelapkan 30 juta rubel (sekira Rp5,5 miliar) dari dua perusahaan, termasuk merek kosmetik Prancis Yves Rocher. Saat itu, dia mendapat hukuman percobaan, yang kemudian dia langgar, sesuai dengan keputusan pengadilan terbaru. Dengan demikian, hukuman percobaannya diubah menjadi hukuman nyata.
Penangkapan Navalny pada Januari memicu protes di antara para pendukungnya di banyak kota Rusia dan menambah ketegangan pada hubungan yang sudah tegang antara Rusia dan Barat. Baru-baru ini para menteri luar negeri Uni Eropa setuju untuk menampar Rusia dengan sejumlah sanksi lain karena pemenjaraan tokoh oposisi tersebut.
(Rahman Asmardika)