Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Madrasah Transgender Pertama Resmi Dibuka

Agregasi VOA , Jurnalis-Selasa, 23 Maret 2021 |07:04 WIB
Madrasah Transgender Pertama Resmi Dibuka
Madrasah transgender pertama dibuka di Pakistan (Foto: Reuters)
A
A
A

PAKISTAN - Madrasah transgender pertama dibuka secara resmi di Pakistan. Namun, kelompok LGBTQ masih merupakan komunitas masyarakat yang terpinggirkan. Banyak di antara mereka berusaha bertahan hidup dengan menggeluti dunia prostitusi, mengemis dan menari.

Di pinggiran Islamabad, sekelompok perempuan transgender atau waria terlihat berjalan beriringan menuju tempat yang diyakini sebagai madrasah khusus transgender pertama di Pakistan.

Madrasah tersebut adalah tonggak penting bagi komunitas LGBTQ di negara Muslim yang sangat fundamental itu, di mana orang-orang transgender menghadapi pengucilan yang meluas, meskipun tidak ada larangan resmi bagi mereka untuk belajar di madrasah atau sekolah agama Islam lainnya, atau salat di masjid.

Di dalam madrasah itu, kepala sekolah, Rani Khan, 34, tampak sibuk memberikan pelajaran mengaji kepada sekitar 25 siswanya.

Khan menceritakan betapa sulitnya hidup sebagai seorang waria di Pakistan.

(Baca juga: Konflik Muslim Uighur di China, Uni Eropa JBekukan Aset 4 Pejabat dan Larangan Perjalanan)

“Kebanyakan keluarga tidak menerima orang transgender. Mereka mengusir orang-orang transgender dari rumah. Orang-orang transgender akhirnya berbuat kekeliruan. Mereka mengadakan pesta-pesta, mereka mulai menari dan mengemis, dan melakukan perbuatan keliru lainnya. Saya juga pernah menjadi salah satu dari mereka,” terangnya.

Khan mengatakan ia tidak diakui oleh keluarganya sendiri pada usia 13 tahun dan terpaksa mengemis. Ia kemudian bergabung dengan kelompok transgender pada usia 17 untuk menari di pesta pernikahan atau acara-acara lain untuk mencari nafkah. Namun, ia terinspirasi untuk mendalami kembali agamanya setelah bermimpi tentang seorang teman warianya yang sudah meninggal, yang memintanya untuk melakukan sesuatu untuk komunitas mereka.

Khan pernah belajar membaca Alquran di rumah, dan mendalami pendidikan agama Islam di sejumlah madrasah, sebelum membuka madrasah barunya yang terdiri dari dua ruang itu pada Oktober lalu.

(Baca juga: Patung Banteng Mini Berusia 2.500 Tahun Ditemukan Usai Hujan Lebat)

"Saya menanggung semua biaya madrasah dari kantong saya sendiri. Ini merupakan uang yang saya peroleh ketika dulu saya biasa menari dan mengemis. saya gunakan uang itu untuk menjalankan madrasah ini. Saya menghabiskan semua tabungan saya. Kami belum menerima dukungan keuangan dari pemerintah sejauh ini,” lanjutnya.

Khan tidak menyebutkan berapa biayanya mengoperasikan madrasah tersebut. Saat ini, sekitar delapan siswanya tinggal di madrasah itu secara permanen, sementara lainnya datang sekadar untuk belajar selama beberapa jam sehari.

Madrasah itu sebetulnya menerima sumbangan dari sejumlah donatur. Namun, jumlahnya kurang memadai. Untuk mengatasinya, Khan mengajari para siswanya cara menjahit dan membordir, dengan harapan pada akhirnya dapat mengumpulkan uang dengan menjual pakaian.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement