Komentar anti-Islamnya muncul setelah dia disebut "lesbian kotor" oleh seorang blogger Muslim setelah berbicara tentang seksualitasnya di Instagram.
Setelah pernyataan asli Mila di medsos yang menggambarkan Islam sebagai "agama kebencian", dua tagar yang berlawanan bermunculan: #JeSuisMila (Saya Mila) dan #JeNeSuisPasMila.
Kisahnya telah menghidupkan kembali perdebatan tentang kebebasan berbicara dan penistaan di negara ini, serta perlindungan bagi anak-anak sekolah dari intimidasi online.
Presiden Emmanuel Macron berbicara untuk mendukung remaja tersebut, dengan alasan Prancis memiliki hak untuk menghujat.
Sebelumnya pada Juni lalu, sepuluh pria dan tiga wanita berusia antara 18 tahun dan 30 tahun dari berbagai daerah di Prancis diadili karena pelecehan online. Beberapa diantaranya dituduh mengirimkan ancaman pembunuhan kepada remaja tersebut.
Namun, kasus terhadap satu dibatalkan karena kurangnya bukti sementara yang lain dibebaskan karena masalah prosedural.
Pada Oktober tahun lalu, seorang anak berusia 23 tahun dijatuhi hukuman tiga tahun atas ancaman pembunuhan online terhadap remaja tersebut.
Masih di bulan yang sama, seorang guru sekolah Prancis dibunuh setelah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelas yang membahas kebebasan berekspresi.
(Susi Susanti)