Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement
898

Kisah " Lawang Bledeg" Masjid Demak, Relief Petir Tangkapan Ki Ageng Selo

Doddy Handoko , Jurnalis-Senin, 12 Juli 2021 |06:34 WIB
Kisah
Relief petir ki Ageng Selo di Masjid Agung Demak.(Foto:Doddy Handoko)
A
A
A

Penduduk desa menyambut Ki Ageng Selo penuh rasa haru dan menyalami tangannya dengan mencium tangannya.

Ia tetap meneruskan mencangkul sawahnya. Setelah hari sore, selesai mencangkul dia pulang sambil membawa petir tadi.  Keesokan harinya dia ke Demak, “ bledheg “dihaturkan kepada Sultan Trenggana di Demak.

Oleh Sultan Trenggana, “bledheg“ ditaruh didalam jeruji besi yang kuat dan ditaruh ditengah alun-alun. Banyak orang yang berdatangan untuk melihat ujud “bledheg“ itu.

Ketika itu datanglah seorang nenek-nenek dengan membawa air kendi. Air itu diberikan kepada kakek “ bledheg“ dan diminumnya.

Setelah minum terdengarlah menggelegar memekakkan telinga. Bersamaan dengan itu lenyaplah kakek dan nenek “bledheg” tersebut, sedang jeruji besi tempat mengurung kakek “bledheg” hancur berantakan.

Untuk mengenang kejadian itu, dibuat gambar kilat pada kayu berbentuk ukiran sebesar pintu masjid. Lantas mereka menyerahkannya kepada Ki Ageng Selo. Dengan senang hati Ki Ageng Selo menerimanya dan dipasang di pintu depan masjid Demak. Pintu itu masih bisa dilihat hingga sekarang.

Lawang Bledheg (pintu petir) itu bertuliskan Candra Sengkala yang berbunyi "Nogo Mulat Saliro Wani", bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M.

Lawang Bledheg itu dihiasi ukiran berupa ornamen tanaman berkepala binatang bergigi runcing, sebagai simbol petir yang pernah ditangkap Ki Ageng Selo.

Ki Ageng Selo adalah keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V. Pernikahan Brawijaya V dengan Putri Wandan Kuning melahirkan Bondan Kejawen atau Lembu Peteng.

Lembu Peteng yang menikah dengan Dewi Nawangsih, putri Ki Ageng Tarub, menurunkan Ki Ageng Getas Pendawa.

Dari Ki Ageng Getas Pendawa lahirlah Bogus Sogom alias Syekh Abdurrahman alias Ki Ageng Selo. Makam ki Ageng selo di desa Tawang, Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Kisah yang menjadi legenda itu masih menjadi tanda tanya sampai sekarang. Kisah itu hanya sekedar dongeng atau sebuah cerita yang mempunyai makna yang tersirat.

(Sazili Mustofa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement