GAJAH MADA terkenal dengan sumpah palapa-nya berhasil menyatukan nusantara. Bahkan berkat kemampuan Gajah Mada pula Kerajaan Majapahit terkenal memiliki wilayah penguasaan begitu luas. Tapi bukan berarti ada program politik Gajah Mada yang tak berhasil.
Dikisahkan pada buku "Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan" karya Enung Haryati, ada satu kegagalan yang membuat Gajah Mada seolah frustasi dan merasa menjadi pecundang seumur hidupnya. Salah satu kejadian Pasundan - Bubat disinyalir amat mempengaruhi posisi Kerajaan Majapahit, dan menjadi salah satu kegagalan Gajah Mada.
Baca juga: Mitos Air Terjun Madakaripura, Konon Dijaga Siluman Harimau Putih Khodam Gajah Mada
Pasundan-Bubat sendiri adalah usaha Majapahit untuk menundukkan Sunda. Usaha penaklukan Sunda termasuk upaya sumpah palapa yang merupakan manifestasi politik Gajah Mada, menyatukan nusantara.
Konon saat itu Raja Hayam Wuruk yang berusia 23 tahun hendak mengambil putri Sunda Dyah Pitaloka sebagai permaisuri, yang otomatis menjadi istrinya karena kecantikannya yang luar biasa. Memang dari sekian wilayah nusantara yang dikuasai dan disatukan Kerajaan Majapahit, hanya daerah Sunda di Jawa bagian barat yang sulit dikuasai.
Baca juga: 3 Wanita Dalam Pusaran Mahapatih Gajah Mada
Ada beberapa sebab mengapa wilayah Kerajaan Sunda sulit diserang oleh tentara dari Kerajaan Majapahit. Salah satunya karena Sunda tidak mempunyai alasan untuk diajak perang. Hal ini berbeda saat Kerajaan Majapahit menyerang Kerajaan Bali, yang terkenal rajanya bertindak kejam.
Intinya hubungan politik antara Kerajaan Majapahit dan Sunda baik - baik saja, tapi para penguasa Sunda tak pernah mengakui Majapahit sebagai penguasa yang harus dipertuankan. Kemudian muncullah keinginan Raja Majapahit Hayam Wuruk untuk menikahi Putri Sunda Dyah Pitaloka.