Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menlu Retno: Tahun 2021 Ada 17 Perundingan Perbatasan untuk Perkokoh Kedaulatan, Meningkat dari Tahun Sebelumnya

Dominique Hilvy Febiani , Jurnalis-Kamis, 06 Januari 2022 |15:48 WIB
Menlu Retno: Tahun 2021 Ada 17 Perundingan Perbatasan untuk Perkokoh Kedaulatan, Meningkat dari Tahun Sebelumnya
Menlu RI Retno Marsudi dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2022 (Foto: Tangkapan layar)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Luar Negeri  Retno Marsudi mengatakan bahwa sepanjang tahun 2021, diplomasi Indonesia turut berkontribusi memperkokoh kedaulatan wilayah Indonesia.

Retno menambahkan, jumlah perundingan di 2021 lebih banyak dari tahun sebelumnya yang hanya 7 kali.

“Di tahun tersebut (2021), sebanyak 17 perundingan perbatasan dilakukan dengan negara-negara tetangga,” kata Menlu RI Retno Marsudi dalam Pernyataan Pers Tahunan Menlu (PPTM) 2022, Kamis (6/1/2022).

Di tahun 2022, perundingan perbatasan akan semakin diintensifkan. Untuk batas maritim, ditargetkan perjanjian batas laut teritorial dengan Malaysia di segmen Laut Sulawesi dan segmen Selat Malaka bagian Selatan dapat ditandatangani. “Para diplomat juga terus bekerja untuk memperkuat diplomasi kedaulatan, di mana negosiasi perbatasan merupakan salah satu elemen yang penting,” kata Menlu Retno.

Baca juga: Menlu RI: Tahun 2021, Indonesia Berhasil Evakuasi 26 WNI dan 7 WNA dari Afghanistan

Dengan Palau, perundingan di tingkat Tim Teknis untuk garis batas ZEE akan dilanjutkan dengan target dicapai kesepakatan parsial.

Dengan Filipina terdapat dua rencana, yaitu memulai perundingan penetapan batas landas kontinen di Tingkat Teknis dan menindaklanjuti kesepakatan untuk menetapkan batas landas kontinen dan ZEE dalam dua garis batas yang berbeda.

Baca juga: Menlu Retno: Indonesia Targetkan 70% Vaksinasi Lengkap Pertengahan 2022

Adapun dengan Viet Nam, perundingan di tingkat Tim Teknis untuk memperoleh kesepakatan garis batas ZEE akan dilanjutkan.

Sedangkan untuk batas darat, Retno mengatakan bahwa prioritas akan diberikan antara lain kepada perundingan dengan Malaysia dan Timor Leste. Dengan Malaysia adalah menyelesaikan demarkasi Outstanding Boundary Problems (OBP) sektor Timur termasuk Pulau Sebatik.

Sementara dengan Timor Leste adalah menyelesaikan sisa dua unresolved segments sesuai dengan “Agreed Principles” yang telah disepakati pada tahun 2019. Kedua Tim perunding juga sepakat bahwa perundingan batas laut akan dimulai setelah pebatasan darat ini tuntas.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement