Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengenal Raja yang Meratakan Puncak Bukit Demi Membangun Candi Borobudur

Avirista Midaada , Jurnalis-Jum'at, 04 Februari 2022 |07:19 WIB
Mengenal Raja yang Meratakan Puncak Bukit Demi Membangun Candi Borobudur
Candi Borobudur (Foto: Lonelyplanet)
A
A
A

CANDI Borobudur jadi salah satu bangunan cagar budaya yang masuk keajaiban dunia. Tetapi proses pembangunan candi termegah di Indonesia ini tak mudah, bahkan konon Candi Borobudur yang dibuat Dinasti Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno, harus meratakan bukit untuk membuat candi ini.

Candi Borobudur dibangun oleh Syailendra, raja yang terkenal sebagai spesialis penakluk pegunungan. Dalam buku "Nusantara Sejarah Indonesia" karya Bernard H. M. Vlekke, Raja Syailendra terkenal kerap membuat candi dan tempat suci yang dibangun di tempat-tempat tinggi atau perbukitan.

Hal itu konon yang menjadi penyebab sebutan raja pegunungan disematkan ke Syailendra.

Tak ada yang tahu kenapa sebutan raja pegunungan disematkan kepada Syailendra, namun karya - karya bangunan candi dan tempat suci yang dibangun di tempat - tempat tinggi atau perbukitan, konon menjadi penyebabnya.

Sang raja yang terkenal dengan kesaktian dan kekuatannya berhasil membuat sebuah monumen kala itu yang terletak di utara Yogyakarta. Ia membangun sebuah bangunan yang menutupi bagian atas sebuah bukit yang telah dibentuk menjadi serangkaian teras. Lantai dan dinding penahannya ditutup dengan batu.

Menariknya dituliskan Vlekke, puncak bukit tersebut sengaja diratakan dan dengan demikian dibuat terlihat seperti atap rata sebuah bangunan besar. Di pusat atap ini berdiri sebuah stupa yang berisi, atau dikira berisi, satu patung Buddha. Di sekeliling stupa inti ini ada banyak stupa batu kecil berhias yang ada di dalamnya berisi patung - patung Dhyani - Buddha. Dinding - dinding teras tertutup dengan pahatan.

Bangunannya yang begitu besar membuat sehingga konstruksinya diperkirakan menghabiskan waktu paling tidak 10 tahun pembuatan. Di bangunan candi juga terdapat relief ukiran - ukiran, yang sangat jelas mengikuti model tertentu yang dibawa dari India.

Setiap set relief itu menggambarkan cerita yang berkaitan dengan tradisi Buddha, dan sumber - sumber literer, yang juga datang dari India. Tak kurang dari 400 patung dan 1.400 pahatan relief menghiasi dinding - dinding teras.

Pahatan - pahatan itu adalah buku teks mengenai ajaran Mahayana yang tertulis di batu. Dinding terbawah candi itu menggambarkan cerita - cerita mengerikan tentang neraka, dan penderitaan hidup di luar keselamatan. Selanjutnya, Buddha datang sebagai juru selamat dan dalam bentuk seekor gajah putih mendekati calon ibunya.

Ia dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta yang juga disebutkan Gautama. Dia adalah anak Ratu Maya dan sejak lahir sudah punya kemampuan seperti orang dewasa.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement