Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

4 Raja Majapahit yang Fenomenal

Tim Litbang MPI , Jurnalis-Senin, 21 Februari 2022 |05:10 WIB
4 Raja Majapahit yang Fenomenal
Berikut daftar empat raja Majapahit yang fenomenal. (Ilustrasi/Ist)
A
A
A

KERAJAAN Majapahit merupakan kerajaan besar yang mencakup hampir seluruh Nusantara. Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Timur ini berdiri pada abad ke-13 dan mencapai masa kejayaannya pada abad ke-14.

Semasa berdiri, Kerajaan Majapahit sudah berulang kali mengalami pergantian takhta. Majapahit pertama kali berdiri di bawah kekuasaan Raden Wijaya. Lalu mendapatkan puncak kejayaan pada pemerintahan Hayam Wuruk dengan tangan kanannya Patih Gajah Mada, hingga melahirkan Sumpah Amukti Palapa yang melegenda hingga saat ini.

Berikut ini adalah raja-raja Majapahit yang fenomenal sepanjang sejarah, sebagaimana dirangkum pada Senin (21/2/2022).

1. Raden Wijaya (1293 – 1309)

Raden Wijaya merupakan raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit. Ia bergelar Kertajasa Jayawardhana. Selain seorang raja, Raden Wijaya merupakan senopati atau panglima perang di Kerajaan Singasari dan menantu Kertanegara, Raja Singasari. Raden Wijaya bernama asli Sang Naraya Sanggramawijaya. Ayahnya adalah pangeran dari Kerajaan Sunda Galuh bernama Rakyan Jayadarma, sedangkan ibunya adalah cucu pendiri Kerajaan Singasari bernama Dyah Lembu Tal.

Meskipun keturunan bangsawan Sunda dan Jawa tulen, Raden Wijaya enggan mewarisi takhta Kerajaan Sunda Galuh. Ia memilih untuk pergi ke Kerajaan Singasari dan mengabdi selama masa pemerintahan Raja Kertanegara. Ia menikahi empat putri Raja Kertanegara, yakni Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. Tribhuwaneswari dijadikan permaisuri, sementara yang lain menjadi selir.

Pada 1292, Raden Wijaya gagal menyelamatkan Singasari dari keruntuhan. Terjadi pemberontakan terhadap Kerajaan Singasari. Kitab Pararaton mengisahkan bahwa Jayakatwang mengirim pasukan Jaran Guyang untuk menyerang Singasari dari utara. Di bawah perintah Raja Kertanegara, Singasari pun memimpin pasukan untuk melawan serangan Jayakatwang. Namun, Jaran Guyang hanyalah taktik Jayakatwang untuk bisa mengalihkan perhatian Raden Wijaya agar pertahanan inti di Singasari kosong. Begitu Jayakatwang mengirim pasukan lain yang jauh lebih besar, Raden Wijaya tidak ada di sana untuk mencegah. Kerajaan Singasari berhasil diduduki Jayakatwang dan Raja Kertanegara terbunuh.

BACA JUGA:Kisah Rumah Tangga Putri Raja Majapahit, Harmonis dan Bernuansa Islami 

Akibat kematian Raja Kertanegara, pasukan pimpinan Raden Wijaya tercerai-berai. Raden Wijaya lalu melarikan diri ke hutan di sekitar aliran Sungai Rambas. Di dekat Sungai Rambas itulah, Raden Wijaya membangun sebuah desa yang kemudian menjadi Majapahit. Ia kemudian berhasil membalaskan dendam kematian mertuanya dengan mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya secara resmi mendirikan Kerajaan Majapahit pada 1293 dengan pusat pemerintahnya berada di Mojokerto.

2. Jayanegara (1309 – 1328)

Jayanegara adalah putra Raden Wijaya dari pernikahannya dengan Dara Petak. Setelah Raden Wijaya wafat, otomatis Jayanegara naik takhta menggantikan sang ayah sebagai Raja Majapahit kedua. Namun dikatakan Jayanegara adalah raja dengan sifat buruk. Kerajaan Majapahit mengalami banyak pemberontakan dan pergolakan semasa pemerintahan Jayanegara.

Dalam Kitab Nagarakertagama, disebutkan Jayanegara diangkat menjadi raja di usia yang masih muda. Semasa pemerintahannya, Jayanegara dibantu Lembu Sora sebagai Patih Daha. Ia juga memiliki pengawal bernama Gajah Mada, yang menjadi patih pada pemerintahan Hayam Wuruk. Jayanegara naik takhta sebagai raja secara resmi pada tahun 1309.

Banyak pengikut setia Raden Wijaya yang melancarkan pemberontakan pada kekuasaan Jayanegara. Di antaranya Pemberontakan Ranggalawe (1309), Pemberontakan Nambi (1316), dan yang paling besar adalah Pemberontakan Kuti (1319). Pada saat itu, Kuti behasil menguasai Majapahit hingga Jayanegara harus mengungsi ke Desa Badamder. Beruntung, ada Gajah Mada yang berhasil menumpas pemberontakan Kuti.

Namun, pemberontakan tersebut tidak sepenuhnya bisa dihentikan. Setelah Kuti tewas, rupanya masih banyak yang menyimpan dendam terhadap Jayanegara. Adalah Tanca yang merupakan satu dari tujuh abdi dalem kerajaan. Tanca membunuh Jayanegara saat Raja Kedua Majapahit itu terbaring sakit. Ada berbagai versi yang menyebutkan alasan Tanca membunuh Jayanegara. Parakitri T Simbolon dalam buku Menjadi Indonesia, menyebut alasannya karena Jayanegara telah mencabuli istri Tanca. Sementara versi Slamet Muljana dalam buku Tafsir Sejarah Kretagama menyebut Jayanegara melakukan tindakan tidak senonoh pada Putri Tribuanarunggadewi dan Rajadewi Maharajasa yang merupakan putri keturunan Raja Kertanegara.

3. Hayam Wuruk (1350 – 1389)

Setelah Ratu Tribhuwana Tunggadewi turun takhta, dia menobatkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit di usianya yang ke-16 tahun. Secara resmi, Hayam Wuruk menjadi raja keempat dalam sejarah Kerajaan Majapahit yang memerintah pada 1350 hingga 1389 dengan gelar Sri Rajasanegara. Bisa dibilang, Majapahit benar-benar berjaya di bawah pemerintahannya hingga berhasil menyatukan hampir seluruh wilayah Nusantara.

Saat Hayam Wuruk dilahirkan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa di hadapan Ratu Tribhuwana Tunggadewi dan diangkat menjadi Mahapatih. Hayam Wuruk sendiri memiliki pribadi yang cerdas, pemberani, dan tegas. Dibantu oleh patihnya yang setia, Hayam Wuruk benar-benar membawa Majapahit hingga puncak kejayaan. Berdasarkan The History of Javanese Kings, rakyatnya makmur dengan bernaung di bawah panji-panji Majapahit.

Hayam Wuruk juga membangun banyak candi, seperti Candi Tikus dan Candi Jabung. Ia juga membuat kemajuan sastra dengan dibuatnya Kitab Negarakertagama oleh Empu Prapanca dan Kitab Sutasoma oleh Empu Tantular.

Hayam Wuruk menikahi seorang putri dari Negara Pasundan bernama Dyah Pitaloka. Pada tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal di usia 55 tahun, menyusul Mahapatih Gajah Mada yang sudah lebih dulu wafat pada 1364.

4. Wikramawardhana (1389 – 1429 M)

Hayam Wuruk memiliki seorang putri bernama Kusumawardhani, yang menikahi Wikramawardhana. Menantu Hayam Wuruk inilah yang kemudian naik takhta setelah raja Majapahit keempat itu wafat.

Namun, dipilihnya Wikramawardhana sebagai raja ternyata menimbulkan rasa tidak suka dari Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari selir. P.N.A Masud Thoyib, Pengageng Kedaton Jayakarta, mengatakan bahwa pada tahun 1405 terjadi perang saudara antara pihak Wikramawardhana versus Bhre Wirabhumi. Perang itu disebut sebagai Perang Paregreg. Perang inilah yang menjadi penyebab jatuhnya Majapahit. Perang Paregreg terjadi selama 1404 – 1406 yang melibatkan Majapahit sebelah barat dan Majapahit sebelah timur.

Perang Paregreg dimenangkan oleh Wirabhumi awalnya. Namun, Wikramadhana mendapat bantuan dari Bhre Tumapel, sehingga Wirabhumi pun dapat dikalahkan. Wirabhumi melarikan diri, namun berhasil ditangkap oleh Raden Gajah (Bhra Narapati). Wirabhumi tewas akibat dipenggal pada 1406. Karena tragedi itulah, banyak wilayah yang akhirnya memisahkan diri dari Majapahit. (Alifia Nur Faiza/Litbang MPI)

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement