MALANG - Situs Srigading di Malang peninggalan Kerajaan Mataram Kuno era Mpu Sindok kembali diekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Ini merupakan ekskavasi lanjutan dari tahap pertama yang berlangsung pada 7-14 Februari 2022.
Dalam ekskavasi tahap 2 ini, BPCB memfokuskan membuka gundukan tanah sisi selatan dan timur. Sebelumnya, gundukan tanah di sisi barat dan utara berhasil dibuka.
Arkeolog BPCB, Wicaksono Dwi Nugroho menjelaskan, ekskavasi tahap kedua ini dilangsungkan sejak Senin (21/2/2022). Rencananya, ekskavasi berlangsung hingga Sabtu (26/2/2022).
"Proses ekskavasi tahap kedua ini, kita mulai membuka sisi selatan, dan kemudian bergerak ke utara di bagian timur bangunan. Di saat yang bersamaan, kita juga membuka di bagian tengah. Kemarin, kita membuka sisi selatan dahulu untuk menampakkan sisi timur," ucap Wicaksono Dwi, ditemui MNC Portal di lokasi Situs Srigading, Rabu (23/2/2022).
Ia menambahkan, dari pembukaan yang dilakukan sejak Senin kemarin, pihaknya menemukan arca di sisi selatan. Arca ini menempel pada dinding bawah struktur bangunan candi yang runtuh tersebut. Sayangnya arca itu memang patah di beberapa bagian, mulai dari kepala dan tangan.
"Kita bisa identifikasi sebagai arca Agastya. Di sana kita juga menemukan fragmen dari bata berbentuk kepala yang bermahkota," ucapnya.
Selain itu, kendi di bagian kiri arca itu hilang. Namun, pihak BPCB belum dapat memastikan apakah kendi itu diambil orang atau terjatuh dan terkubur.
"Jadi mempunyai bagian kaki, tubuh dan atap, dia runtuh masif di semua bagian. Karena, dari runtuhannya itu masih tertata. Jadi dia ambruk, kita temukan itu di bawah runtuhan bata yang masih tertata di sisi selatan," ujarnya.

"Kita bongkar, kita menemukan arca itu. Arca itu kemungkinan masih berada di relung, yang kemudian ketika runtuh dia jatuh, dan langsung patah, karena tertimpa material yang lebih berat," tuturnya.
Ia mengatakan, pihaknya menemukan patahan tersebut,
"Ada yang hilang, seharusnya bagian kiri dia memegang kendi, kita masih berupaya untuk mencari. Ketika dia jatuh dan patah, itu agak menyebar, tidak mengumpul pada satu titik," ucapnya.
Ia melanjutkan, pihaknya berharap dalam proses clearing dapat menemukannya. "Tapi, bagian utama atau mayoritas masih menempel tidak berjauhan. Masih dalam satu posisi, tapi pecah," katanya.
Selain menemukan arca, pihak BPCB Jatim menemukan adanya lingga yang juga ditemukan di sisi tengah bangunan candi. Penemuan lingga dan arca Agastya ini kian menguatkan candi itu merupakan bernuansa Hindu Siwa. Hal ini berdasarkan pengakuan masyarakat adanya tiga arca lain yang sempat ditemukan masyarakat, sebelum akhirnya dinyatakan hilang dicuri.
Penemuan arca Agastya imi juga kian menguatkan gambaran candi yang ditemukan di Dusun Manggis, Desa Srigading, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang ini identik dengan konsep pembagian candi Hindu beraliran Siwa, seperti yang ada di Candi Prambanan.
"Itu bagian pintu masuk, tangga masuk ada di timur yang ada bilik utama itu ada arca Siwa, di sisi barat ada Ganesha, sisi utara Durga dan sisi selatan ada Agastya. Ini polanya hampir sama, karena arca Agastya yang kita temukan di Srigading, itu juga ada di selatan," bebernya.
Hal ini juga menguatkan laporan dari masyarakat adanya tiga arca yang hilang. Ketiganya yakni arca wanita tidak kepala dengan banyak tangan yang diduga kuat bernama arca Durga. Kemudian arca dengan kepala sapi, tidak ada kepalanya.
"Bisa kepala sapi itu terpisah, sebagai Nandi, atau bagian dari Durga. Jadi Durga itu dewi naik sapi, yang patah dan terpisah. Karena kita tidak punya bukti foto, hanya cerita aja, jadi masih ada kemungkinan itu. Ketiga, adanya arca bawa pentung sebagai Dwarapala. Tapi sayangnya semua hilang," tuturnya.
Arca Durga biasanya diletakkan di sisi utara bangunan candi, kemudian di barat candi itu seharus terdapat Arca Ganesha, sementara di bagian tengah terdapat lingga dan yoni. Sayang dari benda-benda sejarah itu, hanya Arca, yoni dan lingga saja yang masih ada.
"Lingga yoni ini merupakan manivestasi dari Siwa. Lingga yang kita temukan itu memiliki tiga bagian utuh, ada Brahmabraga, Wisnubraga dan Siwabraga, lengkap," katanya.
Penemuan benda-benda bersejarah ini kian menguatkan candi yang ditemukan ini merupakan bangunan suci peninggalan masa Mpu Sindok yang terdapat di Prasasti Linggasutan berangka tahun 929 Masehi.
Bangunan serupa juga ditemukan di Situs Pendem Kota Batu, namun berdasarkan Prasasti Sangguran yang berangka tahun 928 Masehi.
Hasil sementara temuan ini, semakin memperkuat hipotesis awal kita bahwa candi ini berkaitan dengan prasasti Linggasutan dari abad ke-10 Masehi. "Karena dari segi bahan dia sama dengan situs Pendem, yang kita kaitkan dengan prasasti Sangguran dari tahun 928 Masehi," terangnya
"Prasasti Linggasutan ini berangkat pada tahun 929 Masehi. Selisih satu tahun. Kemudian bahan arca juga dari bahan andesit yang mengandung silica. Ini yang kita jumpai kesamaan gaya dengan temuan arca yang ada di dekat situs Pendem," tuturnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)