Sejak saat itu, Pangeran Jimbun bertempat tinggal di istana Majapahit. Meski prajurit Kediri telah terkalahkan, tetapi Sang Pangeran tetap melanjutkan kegiatan menggembleng prajurit Majapahit. Hal itu dimaksudkan jika sewaktu-waktu prajurit Kediri datang lagi, maka prajurit Majapahit sudah siap menghadapinya.
Karena kemenangan prajurit Majapahit atas prajurit Kediri, Prabu Brawijaya V kemudian memberikan hadiah berupa tanah di daerah Glagah Wangi (Demak Jawa Tengah). Tentu, hadiah tanah di hutan Glagah Wangi kepada Pangeran Jimbun tak sebanding dengan hasil kemenangan Majapahit atas prajurit Kediri yang dipimpin Prabu Girindrawardhana.
Padahal, selama ini prajurit Majapahit hampir selalu keteteran menghadapi gempuran prajurit Kediri.
"Ngger Putraku" ujar Prabu Brawijaya V.
"Barangkali sudah saatnya engkau mandhireng pribadi, apalagi keadaan Majapahit telah aman dari gangguan musuh. Nakmas Jimbun, sudah saatnya engkau menjadi seorang pemimpin yang disegani. Maka, jadilah engkau seorang adipati dengan membuka hutan Glagah Wangi, Ngger!" lanjut Prabu Brawijaya V.
"Ngestokaken dhawuh, Kanjeng Rama," Pangeran Jimbun awalnya tak menyangka jika ia bakal mendapatkan hadiah kehormatan seperti itu. Ia seperti mendapatkan rejeki nomplok dari Kanjeng Ramanya.
Sumber: Buku Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit.
(Khafid Mardiyansyah)