JAKARTA - Usai Kertanegara mengetahui sebagian kekuatan gaib Kublai Khan, berasal dari ritual rahasia Buddhis Tantrik, yaitu Tantra Kiri, Kertanegara yakin jika pihak Kerajaan Singasari perlu menempuh jalur kiri ini.
Kemudian Kertanegara berharap jika seluruh penghuni istana ini menempuh jalan tersebut demi tujuan-tujuan mulia.
Ritual versi Mongol sangat kasar, hingga membuat para pengamat dari China pun terkejut. Namun, versi adaptasi Champa dan Singasari lebih terkendali, dengan melibatkan pasangan-pasangan laki-laki dan perempuan, serta minuman keras. Para peserta pun memakai topeng supaya identitas mereka tersamarkan.
Sejumlah peserta yang mengikuti ritual tersebut melakukannya dengan taat untuk menguji kemampuan mereka, yaitu menahan godaan nafsu duniawi, demi meraih jalan menuju pencerahan. Beberapa yang lainnya merasa malu atau malah terangsang oleh kenikmatan alkohol dan seks.
Tentunya ini bertolak belakang dengan tujuan awal spiritualnya. Hal ini khususnya tampak pada sejumlah laki-laki yang berpasangan dengan gadis-gadis muda yang menawan atau yoginis, yang diboyong dari Champa, dan sebelumnya sudah dilatih sebagai pelaku tantra.
Sumber: Buku Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit karya Earl Drake
Baca Selengkapnya: Kisah Ritual Seks Raja Singasari: Gadis Muda dari Champa, Arak dan Kenakan Topeng
(Fakhrizal Fakhri )