Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jenderal Kopassus Ini Perisai Hidup Nyawa Soeharto dari Sniper hingga Ledakan di Sarajevo

Fahmi Firdaus , Jurnalis-Rabu, 08 Juni 2022 |14:00 WIB
Jenderal Kopassus Ini Perisai Hidup Nyawa Soeharto dari Sniper hingga Ledakan di Sarajevo
Sjafrie Sjamsoeddin/media sosial
A
A
A

JAKARTA - Presiden RI kedua Soeharto pada tahun 1995 mengunjungi Sarajevo untuk memberikan dukungan moril kepada umat Islam Bosnia yang saat itu sedang dilanda perang.

Baca juga: Kisah Jenderal Kopassus Bertaruh Nyawa Todongkan Pistol ke Perut Pasukan Elite Israel)

Aksi Soeharto ini tergolong nekat, karena dua hari sebelum kunjungan yang tercatat pada 11 Maret 1995, sebuah pesawat utusan PBB ditembak jatuh di atas udara Bosnia. Namun Soeharto tetap bersikeras ingin mengunjungi Sarajevo, meski nyawa taruhannya.

Dikutip dari buku berjudul Pak Harto: The Untold Stories, mantan Komandan Grup A Paspampres, Sjafrie Sjamsoeddin, membagikan pengalamannya melindungi Presiden Soeharto dari ancaman penembak jitu.

Sjafrie yang malang melintang di Korps Baret Merah Kopassus mengatakan, setelah satu jam perjalanan dari Bandara Kroasia. Soeharto akhirnya tiba di Bandara Bosnia.

Namun, saat sampai di Bosnia, Soeharto menolak menggunakan rompi antipeluru yang sudah dipersiapkan. Bahkan, Soeharto meminta Sjafrie untuk membawakan rompi antipeluru tersebut. ”Eh Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," kata Sjafrie menirukan ucapan Soeharto.

Sikap Soeharto yang terbilang nekat itu membuat dirinya kebingungan. Suasana pun semakin mencekam lantaran, suara dentuman meriam dan desingan peluru terdengar sangat jelas.

Sjafrie pun mempunyai ide, dan segera meminjam jas dan peci hitam yang sama persis dengan yang dipakai Soeharto untuk mengelabui para sniper yang ada di sekitarnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement