Pada 1992, Helsinki membeli 64 pesawat tempur AS. Tiga tahun kemudian, mereka bergabung dengan Uni Eropa, bersama Swedia, dan setiap pemerintahan Finlandia sejak itu telah meninjau apa yang disebut opsi NATO.
Tentara Finlandia, yang melayani 5,5 juta populasinya, memiliki kekuatan perang 280.000 tentara, dan total 900.000 cadangan.
Swedia mengambil jalan yang berbeda pada tahun 1990-an, memangkas postur militernya dan mengubah prioritas dari pertahanan teritorial menjadi misi penjaga perdamaian di seluruh dunia.
Tetapi itu semua berubah pada tahun 2014, ketika Rusia merebut dan menganeksasi Krimea dari Ukraina. Wajib militer kembali diberlakukan dan belanja pertahanan ditingkatkan.
Pada 2018, setiap rumah menerima pamflet dari tentara yang berjudul "jika krisis atau perang datang" — pertama kalinya dikirim lagi sejak 1991.
Finlandia sudah mencapai target belanja pertahanan yang disepakati NATO sebesar 2% dari PDB, dan Swedia telah menyusun rencana untuk melakukannya.
Sementara itu, Rusia sangat tidak setuju jika kedua negara itu bergabung dengan NATO dan telah menjadikan perluasan aliansi militer defensif Barat sebagai dalih untuk melancarkan perang di Ukraina.