LONDON - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 18 ribu kasus cacar monyet yang dilaporkan secara global dari 78 negara, dengan mayoritas di Eropa.
WHO pada Rabu (27/7/2022) mengatakan sejauh ini, 98 persen kasus di luar negara-negara di Afrika di mana virus itu merupakan endemik telah dilaporkan pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak kelompok pria sesama jenis untuk mempertimbangkan mengurangi jumlah pasangan seksual mereka dan meminimalisasi kontak dengan pasangan baru.
"Ini adalah wabah yang dapat dihentikan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengurangi risiko paparan," terangnya dalam konferensi pers dari Jenewa, dikutip Antara.
Baca juga: WHO Nyatakan Wabah Cacar Monyet sebagai Darurat Kesehatan Global
"Itu berarti membuat pilihan yang aman untuk diri sendiri dan orang lain," lanjutnya.
WHO telah menyatakan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global.
Baca juga: Kasus Tembus 15.000 WHO Pertimbangkan Nyatakan Cacar Monyet Sebagai Darurat Global
Badan PBB tersebut merekomendasikan vaksinasi untuk kelompok berisiko tinggi, termasuk pria yang berhubungan seks dengan pria dengan banyak pasangan seksual dan petugas kesehatan.
WHO memperingatkan bahwa perlu beberapa minggu setelah mendapatkan dosis kedua vaksin untuk sepenuhnya terlindungi, jadi seseorang harus mengambil tindakan pencegahan lain sampai saat itu.
Sekitar 10 persen pasien telah dirawat di rumah sakit selama wabah saat ini dan lima telah meninggal, semuanya di Afrika.
Cacar monyet telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang di beberapa bagian Afrika selama beberapa dekade, tetapi kasus-kasus mulai dilaporkan di luar negara-negara endemik pada Mei lalu.
Penyakit itu biasanya menyebabkan gejala ringan hingga sedang, termasuk demam, kelelahan, dan lesi kulit yang menyakitkan yang akan sembuh dalam beberapa minggu.
Tedros mengatakan ada sekitar 16 juta dosis vaksin yang disetujui yang tersedia, tetapi hanya dalam jumlah besar, sehingga akan memakan waktu beberapa bulan untuk memasukkannya ke dalam botol.
WHO mendesak negara-negara yang memiliki stok untuk berbagi vaksin sementara pasokan terbatas.
(Susi Susanti)