Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

4 Pahlawan Nasional yang Gugur Sebelum Indonesia Merdeka, Ada Cipto Mangunkusumo

Tim Litbang MPI , Jurnalis-Sabtu, 13 Agustus 2022 |07:10 WIB
4 Pahlawan Nasional yang Gugur Sebelum Indonesia Merdeka, Ada Cipto Mangunkusumo
dr. Cipto Mangunkusuom (Foto : Kementerian Sosial)
A
A
A

Sekembalinya ke Indonesia pada tahun berikutnya, Cipto tak berhenti bergerak untuk membela hak masyarakat. Ia dijadikan tahanan kota di Bandung oleh pemerintah Belanda pada 1920. Di sana ia bertemu Soekarno, yang kemudian bersama-sama membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). Pada 1927, Cipto lagi-lagi dibuang oleh Belanda, yaitu ke Banda, Maluku. Dari sana, Cipto yang sakit-sakitan dipindahkan ke beberapa tempat, sebelum akhirnya dipulangkan ke Sukabumi pada 1940. Menjelang ajal, kesehatan Cipto semakin memburuk. Cipto Mangunkusumo meninggal dunia pada 8 Maret 1943 di Jakarta dalam usia 57 tahun.

3. Kiras Bangun

Nama Kiras Bangun sebagai pahlawan nasional mungkin belum familiar. Kiras Bangun adalah sosok pejuang yang dikenal tegas dan sangat anti-Belanda. Lahir pada 1852 di Kampung Batu Karang, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Kiras Bangun tidak menempuh pendidikan formal. Namun, ia menjadi ketua adat di kampungnya, serta beberapa jabatan penting lainnya.

Belanda, yang berniat meluaskan lahan perkebunan tembakau dan karet hingga ke tanah Karo, mengajak kerja sama dengan menawarkan uang, jabatan, serta senjata. Namun, Kiras Bangun menolak. Hal ini menimbulkan kemarahan Belanda, yang kemudian mengirimkan pasukannya. Maka dimulailah perlawanan terhadap Belanda. Kiras Bangun bergerilya ke berbagai tempat untuk menghimpun pasukan, mengumpulkan senjata demi mengusir Belanda.

Pasukan Urung, yang dibentuk Kiras Bangun, terdesak hingga terpaksa mundur ke Batu Karang. Melalui tipu muslihat yang dilakukan Belanda, Kiras Bangun berhasil dibuat keluar dari persembunyiannya. Ia pun ditangkap lalu dibuang ke Riung. Setelah dibebaskan, Kiras Bangun terus berjuang dalam gerakan bawah tanah. Ia wafat di Batu Karang pada 22 Oktober 1942.

4. Mohammad Husni Thamrin

Pejuang asli Betawi, Mohammad Husni Thamrin, dikenal sebagai sosok pergerakan serta politisi yang berkontribusi bagi perjuangan kemerdekaan bangsa. Selain itu, MH Thamrin juga gigih membela rakyat kecil, padahal dirinya berasal dari kalangan berpunya dan menempuh pendidikan Belanda.

MH Thamrin, yang lahir pada 16 Februari 1894 di Batavia, memulai kariernya dengan bekerja sebagai pegawai magang di Residen Batavia. Selanjutnya, sebagai klerk di Koninklijke Paketvaart Maatschappij (Perusahaan Pelayaran Kerajaan). Pada 1919, Thamrin dipercaya menjadi anggota di Geementeraad (Dewan Kota).

Kedudukannya di Dewan Kota membuat MH Thamrin bisa lebih kuat menyuarakan kepentingan rakyat. Ia menuntut dilakukannya perbaikan di kampung-kampung. Kemudian, pada 1927, MH Thamrin menjadi anggota Volksraad (semacam DPR). Di sini, suaranya lebih lantang, terutama ketika mengkritik kesejahteraan buruh serta perilaku terhadap mereka di Sumatera Timur. Kritikan MH Thamrin bergema hingga mancanegara.

Ketika Belanda mencurigai pihak-pihak yang dianggap pro kepada Jepang, MH Thamrin termasuk yang dituduh. Ia dijadikan tahanan rumah. Namun, kondisi itu tak menyurutkan perjuangan MH Thamrin, meski dirinya juga didera sakit. Beberapa hari setelah menjadi tahanan rumah, sosok santun dan dermawan ini wafat, pada 11 Januari 1941 di Batavia. (Rahmi Rizal-Litbang MPI)

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement