JAKARTA – Seorang wanita kaya raya di Vietnam kini hidup sebagai pemulung setelah menolak mendengarkan nasihat orang tuanya. Tam, (28), yang dulu hidup berkecukupan, kini memungut sampah di pasar untuk membantu suaminya menafkahi empat orang anak mereka.
Tam dilahirkan dari keluarga kaya raya, ketika semua apapun yang ia inginkan serba ada. Dia sempat menikah dengan pria dari keluarga terpandang, dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Namun, pernikahan itu hanya bertahan 9 tahun dan pasangan itu bercerai.
Gagal berumah tangga, Tam kemudian jatuh cinta dengan seorang pria miskin. Melawan nasihat orang tuanya, dia melarikan diri untuk menikah dengan pujaan hatinya.
Dari pernikahan keduanya, dengan pria dari Soc Trang itu, Tam memiliki 3 orang anak. Dari sinilah kehidupan sulit mulai dia jalani bersama suami dan anak-anaknya.
Orang tua Tam saat itu merasa tidak dihargai mengenai keputusan Tam untuk ikut dengan suami barunya, dan meninggalkan kehidupan yang layak. Keluarga Tam sangat keberatan karena tidak ingin putri mereka menderita dan memutuskan hubungan lagi.
Tetapi Tam memutuskan untuk mengejar cinta suaminya tersebut dan pada akhirnya sang ibu harus membiarkan putrinya memilih apa yang menjadi keputusannya.
BACA JUGA: 13 Tahun Hidup Miskin, Perempuan Cantik Ini Ternyata Anak Miliarder
“Tinggalkan keempat anakmu itu biarkan ia hidup bersama ayahnya dan kembalilah ke rumah menikmati hidup mewah atau pergi kemana pun yang kau mau,” kata Tam sebagaimana dilansir dari Eva.vn.
Tam tidak menghiraukan apa yang sang Ibu ucapkan. Tam tidak ingin meninggalkan anak-anaknya. Setelah Tam mengikuti keputusannya kini Tam menerima kehidupan barunya sebagai pencari barang bekas untuk menyambung hidupnya.
Setelah pergi dari kehidupan lamanya untuk membesarkan keempat anaknya, Tam dan suaminya menyewa rumah di dekat kawasan industri sebagai persinggahannya sementara.
Setelah beberapa minggu bertahan di rumah yang mereka sewa akibat menunggak uang sewa VND800.000 (sekira Rp500 ribu) per bulan, keduanya diusir oleh pemiliknya. Kemudian mereka memulai aktifitas dengan segalanya dilakukan di pinggir jalan dari mulai makan, tidur hingga mencari nafkah.
Suatu hari Tam bertemu dengan saudara kandungnya yang tidak mau mengenali dirinya dan merasa malu bertemu dengannya. Di sisi lain ketika Tam bertemu dengan orang lain yang tidak ia kenal, mereka merasa kasihan kepadanya dan anak-anaknya. Bahkan mereka rela memberikan sedikit rezekinya kepadanya.
Dia membawa anak-anaknya memungut botol untuk mencari nafkah. Ini dia lakukan karena tidak tega meninggalkan mereka di rumah.
Dari mengumpulkan botol Tam memiliki penghasilan setiap harinya dari mulai puluh hingga ratusan ribu. Jika mereka beruntung bertemu dengan orang baik, penghasilan itu akan sedikit bertambah, cukup untuk bersantai untuk sisa hari itu.
Meski mengalami kesulitan, anak-anak Tam sangat penurut dan pengertian. Mereka bisa membantu sang ibu untuk menyambung hidup, membuatnya sangat bangga.
Tam tidak segan-segan menyombong mengenai keluarga dari pihak suaminya yang ia anggap sangat sayang dengan menantu dan cucunya. Dirinya berusaha tegar walaupun setiap kata yang terlontarkan memiliki makna sedih yang ia tutupi. Tam selalu meyakini jika ini adalah ujian bagi hidupnya yang begitu pahit, membuatnya selalu berharap suatu hari nanti orang tuanya memaafkan semuanya, dan menerimanya kembali.
(Rahman Asmardika)