Naiknya ia ke takhta terjadi pada saat popularitas bangsawan dan monarki memudar di Denmark. Janda sejak 2018, salah satu upayanya untuk memodernisasi monarki adalah mengizinkan kedua putranya menikah dengan rakyat jelata. Ratu Margrethe II dikenal sebagai Daisy oleh rakyat dan keluarganya.
Dengan kematian Ratu Elizabeth II, Ratu Denmark sekarang menjadi satu-satunya pemimpin monarki wanita di dunia.
3. Carl XVI Gustaf dari Swedia
Sama seperti Ratu Elizabeth II, Carl Gustaf XVI naik takhta di usia yang cukup muda atau tepatnya pada usia 27 tahun. Raja telah menjadi pewaris ketika dia berusia kurang dari satu tahun setelah ayahnya meninggal dalam kecelakaan pesawat. Carl Gustaf XVI naik takhta setelah kakeknya meninggal pada tahun 1973.
Pada tahun-tahun awal pemerintahannya, Raja diejek karena beberapa kesalahannya, termasuk salah mengeja namanya sendiri pada penandatanganan tahun 1973, tambah laporan AFP. Namun, belakangan diketahui bahwa sang raja menderita disleksia, seperti halnya dua anaknya.
Popularitas Carl Gustaf XVI melonjak melalui pertunjukan belas kasihnya, salah satunya pada 2004 menjadi salah satu sorotan tak lama setelah 500 orang Swedia kehilangan nyawa mereka dalam tsunami mematikan yang melanda resor wisata di Asia Tenggara.
4. Mswati II eSwatini
Tiny eSwatini, sebelumnya dikenal sebagai Swaziland, terletak di Afrika bagian selatan. Raja Mswati III adalah raja absolut terakhir di benua itu, setelah naik takhta pada tahun 1986 dalam usia 18 tahun. Sekarang pada usia 54, Mswati memiliki 15 istri dan lebih dari 25 anak.
(Rahman Asmardika)