Kota ini tetap penting karena kesejarahannya tercatat dengan baik sampai 640 M, ketika kota ini menjadi yang terakhir jatuh ke penjajah Muslim.
Dan setelah itu, catatan sejarah mulai bolong. Kesepakatan umumnya adalah Caesarea memudar dari kejayaan dan arena sosial-politik, reruntuhannya dirusak dan dipindahkan oleh komunitas kecil sebelum kemudian menjadi desa nelayan kecil pada akhir 1800an.
Namun temuan akan koin ini telah mengubah kisah tersebut, kata Jakob (Koby) Sharvit, direktur dari Unit Arkeologi Laut IAA.
Bahkan, koin-koin ini menunjukkan bahwa Caesarea tetap menjadi titik penting perdagangan saat berada di bawah kekuasaan kekalifahan Islam; dan tidak kemudian mundur menjadi sebuah desa tertinggal dan terpencil.
"Sebelum menemukan koin ini, kami tidak tahu bahwa komunitas di Caesarea saat itu begitu banyak atau begitu kaya," kata Sharvit. "Maka ini mengubah apa yang kita percayai tentang masa itu."
Untuk benda yang begitu kecil, koin-koin dinar ini bisa menawarkan begitu banyak informasi akan dunia saat benda ini dibuat.
Tanggal yang tertera menunjukkan bahwa koin ini dibuat pada masa Kalifah al-Hakim (996-1021 Masehi) dan anak laki-lakinya, al-Zahir (1021-1036 Masehi) ketika Caesarea merupakan bagian dari Dinasti Islam Fatimid, yang saat itu wilayahnya mencapai Mediterania Timur.
Koin-koin ini dibuat di kota-kota jauh seperti Kairo, Mesir dan ibu kota Sisilia, Palermo, dan menunjukkan bahwa mata uang ini beredar di kekaisaran yang menyatu.
Petunjuk-petunjuk lain lebih bersifat pribadi, seperti cetakan gigi atau gigitan, yang memperlihatkan bahwa orang-orang zaman dahulu akan menggigit koin itu untuk memastikan kandungannya adalah emas asli.
Dan jika menaksir nilainya, maka sangat mungkin bahwa Caesarea saat itu masih berjaya, kota yang sibuk pada peralihan abad 11.
"Koin-koin ini adalah uang yang banyak bagi orang-orang yang tinggal di sana," kata Sharyit.