Setiap koin ini setara dengan gaji sebulan bagi tentara militer, artinya bahwa harta karun ini cukup untuk menyewa 2.000 tentara dalam sebulan. Dan, tentu saja, harta karun ini mungkin hilang karena kecelakaan kapal. Kemungkinan ada banyak kapal yang keluar masuk pelabuhan yang tidak menjatuhkan uangnya ke dalam laut.
Menurut Sharvit, arkeolog tak yakin bagaimana koin-koin ini bisa hilang. Mungkin saja ada satu peti yang meluncur dari dek kapal di tengah badai, atau bajak laut membuat peti ini jatuh dan tenggelam.
Dan mungkin saja uang ini tengah dikirim ulang ke Kairo, ibu kota Fatimid, sebagai pajak atau tabungan.
Perang Salib Pertama diluncurkan pada 1095, dan orang-orang di Caesarea tengah mempersiapkan diri menghadapi serangan mendadak.
Sejarawan mungkin tak akan pernah tahu cerita lengkapnya, namun untuk bisa melihat sekilas saja kehidupan dari masa lalu adalah hal yang melegakan, kata Fayer.
"Saat Anda melihat sesuatu yang sekuno itu, Anda bisa merasakan bahwa benda ini menceritakan suatu kisah akan apa yang dulu pernah terjadi di sini. Dan itu lebih terasa lagi ketika Anda menemukannya di bawah lagi. Seringnya, tidak ada yang pernah menyentuh benda itu sejak hilang 1.000, 1.500 atau 2.000 tahun lalu — saat pertama jatuh ke laut dan ditemukan…dan itulah yang menarik buat saya."
Setelah menemukan koin-koin itu, Faver dan rekan penyelamnya bekerja sama dengan IAA untuk mengangkat harta karun lain di sekitar Caesarea dan di tempat-tempat lain di sepanjang pesisir Mediterania.
Mereka juga mulai menyisir area baru, seperti perairan di lepas pantai kota Israel, Netanya, tempat di mana kapal-kapal bangsa Fenisia dan Romawi meninggalkan warisan harta karun maritim di perairannya.
Dia ingin membantu untuk menemukan lebih banyak sejarah yang hilang di bawah laut.
"Buat saya, temuan itu tak pernah soal uangnya," kata Fayer. "Ini soal sejarah dan apa yang dikatakan oleh koin-koin itu tentang kawasan tersebut dan seperti apa situasinya di masa lalu."
(Erha Aprili Ramadhoni)