MALANG - Kedatangan korban tragedi Kanjuruhan Malang ke-134 disambut isak tangis keluarga, tetangga, kerabat, dan Aremania. Jenazah yang diberangkatkan dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang tiba di rumah duka, Jalan Kebonsari RT 4 RW 1 Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.
Isak tangis menyambut kedatangan Reivano Dwi Afriansyah (17). Ia dmerupakan siswa kelas XII Desain Grafis SMKN 4 Malang yang tengah praktik lapangan.
Setibanya di rumah duka, jenazah dimandikan di halaman depan rumah. Tak berselang lama, jenazah diberangkatkan sekitar pukul 10.00 WIB ke tempat pemakaman umum (TPU) yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah duka.
Keluarga, tetangga, teman, dan para Aremania mengiringi keberangkatan almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya. Usai dimakamkan, sebuah syal Arema dan foto korban semasa hidup disematkan di batu nisan almarhum.
Ayah korban, Arif Yuniarto menyatakan, awalnya anaknya memang tak pulang sehabis pertandingan Arema FC vs Persebaya, pada Sabtu (1/10/2022) malam. Namun, pihak orang tua dan keluarga tak menaruh curiga sama sekali bahwa Reivano Dwi Afriansyah menjadi korban luka di Stadion Kanjuruhan, Malang.
"Dari awal pertandingan enggak pulang anak laki-laki saya, apa macet atau apa tak tunggu sampai jam 11, jam 12 (Sabtu malam) kok enggak pulang juga," ucap Arif Yuniarto ditemui MPI di rumah dukanya, pada Jumat siang (21/10/2022).
Pada Minggu paginya, ia mendapat kabar dari Sekretaris Desa Ngebruk, siapa di antara warganya di Dukuh Kebonsari yang menonton pertandingan Arema dan belum pulang. Ia lantas bertemu sekretaris desa itu dan meminta mencari di Stadion Kanjuruhan Malang karena posisinya pertandingan berakhir ricuh.
"Langsung saya masuk rumah ada kabar. Ibu sampaikan yang meninggal banyak, panik aku. Lah mau tanya siapa, tetangga-tetangga di sini enggak bisa masuk, enggak bisa masuk (rumah sakit)," ucapnya.
Arif dan istrinya awalnya mendatangi rumah sakit RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Malang. Di sana ia melihat beberapa korban sudah ditutupi kain. Sontak hal ini membuat dirinya istri kian lemas.
Ia mengaku sempat kesulitan mencari keberadaan anak hingga akhirnya memutuskan membagikan foto, nama lengkap, dan ciri-ciri fisik Reivano saat menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya.
"Ketemunya share-share foto dan nama lengkap dan jam 9-an baru dapat kabar anak saya sudah di Hasta, akhirnya cari sana. Alhamdulillah akhirnya dikirim bareng ke RSSA sama Debora, dia nonton sama Debora itu," tuturnya.
Selama dari RS Hasta Husada Kepanjen hingga dipindahkan ke RSSA Malang, Arif mengakui, anaknya tak sadarkan diri. Namun selama perawatan di RSSA Malang itu sempat ada harapan hidup, karena kondisi paru-parunya membaik. Namun, luka parah di kepala membuat kondisinya kembali tak stabil.
"Cuma di kepala takutnya ada pendarahan benjol atau apa saya enggak ngerti makanya diistirahatkan total. Dari fisik ada pembengkakan (di kepala), kalau saya dari dokter begini, yang tahu istri saya," terangnya.
Kondisi itulah yang membuat ia dan istrinya sempat drop. Bahkan ibu korban sempat diminta Arif istirahat di kos kakak korban di daerah Mergan. Ia sempat beberapa kali shock dan gemetar seluruh badan melihat kondisi anaknya yang tak sadarkan diri.
Bahkan beberapa kali mendapat panggilan dari rumah sakit untuk mendengar penjelasan tim medis, mengingat selama ini sang anak yang berada di ruang ICU tak bisa terus ditunggu. Hal yang membuat Arif dan istrinya mencoba menguatkan hati dan fisiknya, kendati sudah tak mampu lagi.
"Kalau ada panggilan dari rumah sakit, jer gemetar, yo gemetaran makanya tak tinggal setiap hari begitu, tadi malam ada panggilan jam 3-4 pagi, biasanya nggak begitu. Permintaan kami usut tuntas, setuntas-tuntasnya," tuturnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)