Ia mendanai berbagai program selama bertahun-tahun, termasuk beasiswa bagi pelajar asli Hawaii, menentang proyek kereta transit Honolulu, mendukung unjuk rasa menentang pembangunan teleskop raksasa, menyumbangkan barang-barang milik Raja Kalākaua dan Ratu Kapi’olani untuk dipajang di depan umum, termasuk berlian 14 karat pada cincin kelingking raja, serta merawat Istana ‘Iolani.
Sementara itu, kritikus mengatakan, karena masih ada keturunan keluarga kerajaan lainnya yang tidak mengklaim gelar apa pun, Kawānanakoa diangkat sebagai putri Hawaii terakhir hanya karena kekayaan dan gelar kehormatannya.
Aktivis Hawaii Walter Riite mengatakan banyak penduduk Hawaii tidak tertarik pada urusan apakah ia memang putri Hawaii atau bukan. Ia juga mengatakan bahwa dampaknya terhadap budaya asli Hawaii sangat minim.
“Kami tidak begitu mengerti apa perannya dan bagaimana ia bisa membantu kami,” ujarnya.
“Banyak warga Hawaii yang tidak merasa ada ikatan dengannya,” lanjutnya.
“Kami menyebutnya maks-maks tinggi yang berarti kelas atas dalam istilah Pidgin Hawaii,” ungkapnya.
Lahir di Honolulu, Kawānanakoa bersekolah di Punahou, sebuah sekolah bergengsi. Ia juga bersekolah di sekolah Amerika di Shanghai dan lulus dari Sekolah Menengah Notre Dame khusus wanita di Belmont, California, di mana ia tinggal di asrama.
Ia sempat bertunangan dengan seorang pria, namun sebagian besar hubungan jangka panjangnya dijalani bersama perempuan.
(Susi Susanti)