Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Harganya Lebih Mahal dari Daging, Mengapa Bawang Merah Jadi Barang Mewah di Filipina? Ini Jawabannya

Susi Susanti , Jurnalis-Jum'at, 27 Januari 2023 |11:47 WIB
Harganya Lebih Mahal dari Daging, Mengapa Bawang Merah Jadi Barang Mewah di Filipina? Ini Jawabannya
Bawang merah jadi barang mewah dan langka di Filipina (Foto: Bloomberg)
A
A
A

MANILABawang merah tiba-tiba menjadi barang mewah dan langka di Filipina. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Tidak ada topping bawang. Setiap restoran menghadapi kekurangan bawang. Anda melihat tandanya di mana-mana,” terang seorang warga.

Menurut statistik resmi, harga bawang melonjak di Filipina menjadi sekitar 700 peso (Rp557.000) per kg pada bulan lalu.

Harga itu lebih tinggi dari harga daging, dan upah minimum harian negara Asia Tenggara itu.

BACA JUGA: Ibu-Ibu! Harga Tomat hingga Bawang Merah Naik Jelang Nataru 2023, Berikut Rinciannya

Rizalda Maunes, pemilik restoran pizza di pusat kota Cebu, mengatakan meski harga telah mereda dalam beberapa pekan terakhir, namun bawang merah masih menjadi barang mewah bagi banyak konsumen.

BACA JUGA: Jaga Inflasi Daerah, Pemerintah Sebar Benih Bawang Merah hingga Cabai 

"Kami biasa membeli tiga hingga empat kilogram bawang setiap hari. Sekarang kami membeli setengah kilo, hanya itu yang mampu kami beli," terangnya kepada BBC.

"Pelanggan kami mengerti karena bukan hanya restoran... rumah tangga mengalami kesulitan karena banyak hidangan yang dimaniskan dengan bawang," tambahnya.

Bahan pokok dalam masakan Filipina telah menjadi simbol meningkatnya biaya hidup. Itu terjadi ketika inflasi, yang mengukur kenaikan harga segala sesuatu mulai dari makanan hingga bahan bakar, mencapai level tertinggi baru dalam 14 tahun di negara tropis bulan lalu.

Presiden Ferdinand Marcos Jr, yang juga Menteri Pertanian, menyebut kenaikan harga pangan sebagai situasi darurat. Awal bulan ini Marcos menyetujui impor bawang merah dan kuning dalam upaya untuk meningkatkan pasokan.

Para ahli mengatakan bahwa pembukaan kembali ekonomi Filipina mendorong permintaan. Sedangkan cuaca buruk telah mempengaruhi produksi makanan, termasuk bawang.

"Kembali pada bulan Agustus, Departemen Pertanian memperkirakan potensi kekurangan tanaman akar. Beberapa bulan kemudian, Filipina dilanda dua badai dahsyat yang menyebabkan kerusakan tanaman yang cukup besar," kata Nicholas Mapa, seorang ekonom senior di ING Bank.

"Kami juga telah melihat peningkatan tajam dalam permintaan karena ekonomi pulih dengan tajam," lanjutnya.

Tapi Mapa percaya bahwa harga bawang bisa stabil karena pemerintah lebih banyak mengimpor hasil panen.

“Namun waktunya mungkin tidak tepat karena bertepatan dengan musim panen Februari untuk bawang produksi lokal,” katanya.

"Harga mungkin benar-benar turun drastis setelah panen dan impor memasuki pasar hampir bersamaan,” tambahnya.

Kenaikan harga juga melanda kedai makanan jalanan di Cebu, yang populer di kalangan penduduk lokal dan turis.

Sayuran goreng, daging, dan makanan laut, biasanya disajikan dengan saus bawang dan saus cuka.

"Bawang adalah bagian besar dari hidangan kami. Ini menambah kerenyahan rasa [dan] rasa manis untuk membedakan rasa asin dari makanan kami," kata Alex Chua, yang mengurangi bawang di kiosnya.

“Kami bersyukur pemerintah mengambil langkah-langkah untuk menghentikan kenaikan harga. Kami berharap mereka terus melakukan langkah-langkah tersebut untuk menurunkan harga lebih lanjut,” ujarnya.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement