PEPERANGAN dahsyat antara Kerajaan Jipang dan Pajang konon mewarnai catatan sebelum akhirnya terbentuknya Kerajaan Mataram. Kekalahan Arya Penangsang penguasa Jipang itu konon tewas di tangan Raden Ngabehi Sutawijaya.
Tetapi sang raja Pajang kala itu tidak tahu bahwa yang membunuh Arya Penangsang adalah Sutawijaya, tetapi yang ia ketahui yang membunuh adalah Ki Gede Pamanahan dan Panjawi.
Sebab, Sutawijaya saat itu masih amat muda, sehingga ia hanya akan diberikan pakaian yang bagus-bagus sekadar untuk menghibur. Pamanahan dan Panjawilah yang membunuh Panangsang, itulah yang disiarkan kepada umum.
Keesokan harinya, di depan umum, kepada Raja Pajang dilaporkan kemenangan atas Arya Penangsang, dan siapa saja yang berhasil membunuhnya. Setelah itu Raja menanyakan nasib Aria Mataram yang telah pergi dengan tujuan yang tidak diketahui.
De Graaf pada bukunya "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", menyebut Raja Pajang untuk meminta kepada Ki Gede Pamanahan agar memilih tanah Pati atau Mataram. Ia berpendapat haknya sebagai anak sulung justru memberi dia kedudukan yang paling rendah.
Tetapi justru sebaliknya hingga akhirnya Ki Gede Pamanahan mengalah dan menyerahkan Pati yang telah menjadi kota dengan banyak penduduk untuk dijatuhkan ke Panjawi. Sementara dirinya memilih Mataram yang masih hutan belantara.