JAKARTA - Namanya tak dikenal di Jawa Timur atau bahkan di tempat asalnya di Kota Bojonegoro. Namun, sosok Syekh Sulaiman Kurdi Bojonegoro masyhur di Kota Makkah. Beliau tercatat sebagai ulama pengajar di Tanah Haramain. Ia merupakan mata rantai sanad Aswaja di Makkah, pada abad 20.
Syekh Sulaiman Kurdi Bojonegoro adalah bukti betapa kota-kota kecil di Jawa Timur telah memiliki ulama kaliber dunia, sejak zaman dulu. Selain itu, ini juga bukti bahwa Islam di Bojonegoro Jawa Timur, merupakan peradaban intelektual yang cukup matang.
BACA JUGA:
Nama Syekh Sulaiman Kurdi Bojonegoro tercatat dalam kitab biografi berjudul al-Jawahir al-Hisan fi Tarajum al-Fudhala karya Syekh Zakariya Billah yang kemudian dikutip dan diperjelas oleh Dr. Maulana La Eda dalam buku berjudul 100 Ulama Nusantara di Tanah Suci.
Dilansir dari NU Online, Selasa (4/4/2023), dalam buku tersebut, namanya tertulis secara lengkap: Sulaiman Kurdi bin Abdul Qodir bin Abdurrahman bin Syihabuddin Bojonegoro al-Jawiy al-Makkiy Asy-Syafi'i. Lahir di Kota Bojonegoro, Jawa Timur, pada 1904 dan wafat pada 1952.
BACA JUGA:
Beliau disebut sebagai salah satu ulama berpengaruh di Makkah pada abad 20. Dalam buku itu juga dijelaskan, beliau lahir dan tumbuh hingga remaja di Kota Bojonegoro. Terdidik dalam keluarga Syihabuddin yang terkenal akan kesalehannya. Saat sudah memahami bahasa Arab dan ilmu dasar agama, beliau berangkat ke Makkah untuk kembali memperdalam ilmu.
Di Kota Makkah, beliau berguru pada ulama besar pada zamannya seperti Syekh Umar Bajunaid, Syekh Nahrawi al-Banyumasi, Syekh Soleh Syatha, hingga Syekh Umar Hamdan. Beliau belajar dengan penuh kesungguhan hingga mencapai derajat keulamaan.
Syekh Sulaiman Kurdi dikenal sebagai ulama pengajar yang mumpuni. Beliau tak hanya mengajar di satu tempat. Tapi beberapa tempat sekaligus. Satu diantaranya adalah madrasah legendaris yang melahirkan banyak Waliyullah Nusantara, yakni Madrasah Shaulatiyyah Makkah.