JAKARTA - Ulama kharismatik asal Rembang, Jateng, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dikenal sebagai ahli tafsir Alquran yang cerdas, alim, dan santun. Dakwahnya diterima semua kalangan.
Kecerdasan Gus Baha ternyata sudah ada sejak masih anak-anak.
KH Nasirul Mahasin atau Gus Mahasin, kakak kandung Gus Baha mengetahui persis kehidupan adiknya dari kecil. Dia mengatakan bahwa kalau sejak kecil Gus Baha memang terkenal cerdas sekaligus alim.
Rahasia kealiman dan kecerdasan itu, kata Gus Mahasin, bukan karena adiknya tekun wirid, melainkan baktinya kepada orangtua, khususnya ibu.
Usai sholat subuh, Gus Baha selalu menyempatkan melayani ibunya. Di sana, Gus Baha selalu memijiti ibunya. Lalu membikinkan sendiri minuman hangat, teh atau kopi.
”Itu dilakukannya setiap hari. Padahal ada ribuan santri, Baha (Gus Baha) selalu membikinkan sendiri,” ungkap Gus Mahasin.
Gus Baha juga selalu menaruh hormat dan tawadu kepada saudaranya yang lebih tua. Termasuk terkait semua urusan pondok pesantren Tahfidzul Quran.
Menurut Gus Mahasin, Gus Baha selalu mengajaknya bicara lebih dulu. Sebagai adik, Gus Baha selalu patuh dengan apa yang disampaikan kakaknya. Etika antar saudara itu tidak lepas dari pesan orangtua.
Gus Mahasin menambahkan bahwa orangtuanya selalu berpesan kepada mereka agar selalu hidup rukun dan sederhana, sehingga petuah itu selalu dipegang erat-erat.
”Pesan orang tua yang terus kami pegang sampai saat ini adalah hidup rukun dan sederhana,” papar Gus Mahasin.
Gus Mahasin dan Gus Baha merupakan putra KH Nursalim al-Hafizh dan Nyai Yuchanidz. Kiai Nursalim dikenal sebagai ulama pakar Alquran sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA di Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah.
Kiai Nursalim al-Hafizh merupakan murid KH Arwani al-Hafidz Kudus dan KH Abdullah Salam al-Hafidz Kajen Pati.
Gus Mahasin merupakan putra sulung Kiai Nursalim, sedangkan Gus Baha anak ketiga dari sembilan bersaudara. ”Baha (Gus Baha) itu nomor tiga. Saya anak pertama,” terangnya.
(Fakhrizal Fakhri )