Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ramalan Raja Kediri Prabu Jayabaya: Munculnya Satria Piningit

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Senin, 22 Mei 2023 |06:01 WIB
 Ramalan Raja Kediri Prabu Jayabaya: Munculnya Satria Piningit
Ramalan Jayabaya (Foto: istimewa/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Prabu Jayabaya (1135-1159) dikenal lewat tulisan-tulisannya yang disebut sebagai Ramalan Jayabaya.

Raja Kediri dikenal dengan tulisannya dalam beberapa naskah antara lain Serat Jayabaya Musarar, Serat Pranitiwakya, dan lain sebagainya. Selain itu, Jayabaya juga disinggung di Babad Tanah Jawi.

Salah satu tulisan Jayabaya meramalkan terjadinya bencana besar yang menelan banyak korban sebagaimana tertulis dalam bait berikut:

"Akeh ingkang gara-gara. Udan salah mangsa prapti. Akeh lindhu lan grahana. Dalajate salin-salit. Pepati tanpa aji. Anutug ing jaman sewu, Wolung atus ta iya Tanah Jawa pothar pathir, Ratu Kara Murka Kuthila pan sirna"

Terjemahannya:

"Banyak kejadian dan peristiwa alam maupun dalam kehidupan masyarakat manusia yang luar biasa. Musim penghujan tidak teratur dan sering datang dengan curah hujan tinggi (kebanjiran) hingga tidak ada curah hujan sama sekali (kekeringan). "

"Gempa bumi sering terjadi dan menelan banyak korban jiwa manusia, ternak, dan harta benda, demikian juga sering terjadi fenomena alam misterius yakni terjadinya gerhana bulan, dan gerhana matahari."

Masa penuh bencana ini akan penuh dengan penderitaan dimana orang-orang tertindas oleh para penguasa licik dan sewenang-wenang. Masyarakat juga tidak peduli pada sesamanya, pada ketidakadilan yang merajalela di muka bumi.

Di tengah masa-masa gelap ini, Jayabaya meramalkan datangnya sosok penyelamat, seorang “Satria Piningit”.

"Tapi, setelah masa yang paling berat itu, akan datang zaman baru, zaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan zaman baru itu akan datang setelah datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit," jelas Masud Thoyib Adiningrat, Budayawan Jawa yang juga Pengageng Kedaton Jayakarta.

Dalam bait naskahnya, Jayabaya menyebutkan ciri-ciri sosok Satria Piningit:

"Akan ada dewa tampil berbadan manusia berparas seperti Batara Kresna berwatak seperti Baladewa bersenjata trisula wedha (bait 159)"

"Akan ada dewa berbadan manusia”: menyebutkan bahwa Satria Piningit berwujud seperti kita manusia biasa, tetapi sejatinya beliau adalah dewa. untuk mengetahui sejatinya seseorang tidaklah mudah, kecuali sesamanya atau lebih tinggi derajatnya. itulah yg menyebabkan Satria Piningit," papar Masud.

Dia menjelaskan bahwa Satria Piningit memiliki paras tampan seperti seorang dewa, berwatak tegas.

"Menyebutkan bahwa paras Satria Piningit itu seperti Batara Kresna (tampan, berwibawa) dan berawatak tegas seperti Baladewa," terangnya.

Sementara terkait kata “bersenjata trisula wedha, Masud menduga itu merupakan sebuah kiasan.

“Bersenjata trisula wedha, untuk kalimat yang satu ini sepertinya di maknai secara tersirat, karena tidaklah mungkin Satria Piningit yang dipingit itu membawa trisula kemana-mana, akan terlihat mencolok yang menyebabkan dirinya tidak piningit lagi.

Dijelaskannya, pemaknaan Trisula Wedha secara garis besar bisa di maknai tiga jadi satu, seperti ilmu amal dan iman, atau bumi langit dan isinya, kiri kanan dan tengah. Hal ini sesuai dengan sifat-sifat mulia yang lekat dengan banyak dewa-dewa Hindu.

Ramalan Jayabaya ini kemudian digubah oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873), pujangga besar keraton Solo.

Salah satu ramalan tersebut adalah mengenai datangnya Jaman Kolobendu, yang secara menurut Candrasengkala, atau angka tahun Jawa, datang pada tahun 1997. Jaman Kolobendu ini akan berakhir dengan datangnya zaman Kolosubo, yang menurut Candrasengkala, bertepatan dengan taun 2025.

Jaman Kolobendu ini digambarkan akan terjadi pertentangan dan permusuhan diantara komponen bangsa, yang disebabkan oleh adu domba oleh “dalang” yang tidak kelihatan, karena berada di belakang layar.

Bait yang mengangkat tentang ramalan ini berbunyi:

Jaman Kolobendu ;

"Entenono Nuswantoro bakal ketampan bendu Yen wis teko pandito ambuka wiwaranging Neroko (Condro sengkolo 1997) Pralambange jago tarung ning njero kurungan

Dalang wayang ngungkurke kelir Sing nonton podo nangis Entenono waluyo lan tentreme

Mengko nek wis tumeko Pendowo Mulat Sirnaning Penganten (Condro sengkolo 2025)"

-Buku Jaman Kolobendu (Ronggowarsito) .Artinya: Jaman Kolobendu (Carut Marut).

"Tunggulah, nusantara akan mendapatkan bencana.

Jika sudah datang tahun 1997

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement