Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Raja Mataram dan Pamannya Berdamai Usai Ibu Ancam Bunuh Diri

Avirista Midaada , Jurnalis-Senin, 22 Mei 2023 |11:05 WIB
Kisah Raja Mataram dan Pamannya Berdamai Usai Ibu Ancam Bunuh Diri
Ilustrasi (Foto: Ist)
A
A
A

SULTAN Amangkurat I penguasa Mataram akhirnya berdamai dengan pamannya. Pasalnya, sang paman Pangeran Purbaya sempat keluar meninggalkan istana akibat perbedaan pendapat dengan sang raja pasca pembunuhan ribuan orang.

Kisah mengenai perdamaian raja dan paman itu dicatatkan oleh utusan Belanda Van Goens. Di mana perdamaian itu diawali dari sebuah Ratu Ibu yang tak lain adalah orangtua dari Sultan Amangkurat I sendiri.

Ratu Ibu konon memberikan ancaman akan bunuh diri bila Sultan Amangkurat I tetap kukuh pada pendiriannya. Sang raja pun sempat mengantarkan ibunya ke pusara makam ayahnya yang tak lain Sultan Agung.

Penguasa Mataram itu akhirnya mengabulkan permintaan ibunya. Sang ibu pun sebagaimana dikutip dari "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", dari H.J. De Graaf memohon dengan sangat bagi kelangsungan hidup dan kedudukan Pangeran Purbaya, dengan bersumpah di atas makam ayahnya itu serta mengingatkan pada anjuran ayahnya sendiri.

Sang Raja awalnya sempat tidak bersedia berdamai dan menerima kembali Pangeran Purbaya, yang tak lain juga pamannya karena hal itu menyangkut kewibawaannya. Ratu Ibu lalu berkata bahwa hal itu harus ditunjukkan dalam kenyataan, dan dimohonkannya kepadanya untuk menunggu sebentar.

Sementara ia menjemput Pangeran Purbaya, yang kini sama sekali berada dalam kekuasaan kemenakannya itu. Keduanya tercengang akan pertemuan mereka ini. Tetapi Pangeran Purbaya, karena khawatir akan keselamatan keluarganya, bersujud, dan mencium kaki Raja.

Sedangkan Ratu Ibu telah memanggil kedua kelompok pengiring untuk menyaksikan penyerahan diri Purbaya kepada Raja. Semua yang hadir merasa gembira, kiranya karena penguasa Mataram itu berkenan akan sikap Pangeran Purbaya yang merendahkan dirinya itu.

Sang raja pun memaafkan pamannya dengan sikapnya yang membangkang, dan bersumpah bahwa tidak pernah ada niat padanya untuk membunuhnya, melainkan sekadar akan mencabut kekuasaannya. Setelah itu, kedua belah pihak menjadi rukun kembali dan pulanglah mereka ke Istana masing-masing.

Ratu Ibu yang mengenal jiwa putranya, telah berhasil mengalihkan kecenderungan putranya yang salah itu ke arah yang lebih baik.

Keesokan paginya, ketika Pangeran Purbaya menghadap, raja masih juga lembut hatinya. Diizinkannya pamannya datang ke Istana kapan saja dikehendakinya, seraya dipujinya setinggi-tingginya pandangan ibunya yang jauh ke depan, yang telah mencegah banyak pertumpahan darah. Sesungguhnya-lah tahun-tahun pertama pemerintahannya tenang dan damai sifatnya.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement