ITALIA - Selusin petugas polisi dan beberapa pengunjuk rasa terluka pada Sabtu (17/6/2023) dalam bentrokan di lokasi pembangunan terowongan kereta api Alpine yang menghubungkan Prancis dan Italia.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gérald Darmanin mengatakan sekitar 2.000 polisi dikerahkan ke lokasi untuk menghadapi lebih dari 3.000 orang yang memprotes proyek terowongan sepanjang 57 kilometer yang akan menghubungkan kota Lyon Prancis dengan Turin di Italia setelah selesai.
Sebuah organisasi bernama “Uprisings of the Earth” telah menyerukan demonstrasi tersebut.
Pihak berwenang di departemen Savoie telah mengeluarkan larangan demonstrasi di jalan umum dekat lokasi konstruksi.
"Ini adalah protes yang dilarang karena berbahaya, karena mengumpulkan orang-orang yang nakal dan bukan aktivis," kata Sacha Houlié, Presiden komisi hukum di majelis rendah Prancis kepada TV Prancis Franceinfo pada Minggu (18/6/2023).
“Bisakah kita luangkan waktu sejenak untuk bertanya-tanya mengapa para ahli ekologi radikal ini menentang kereta api,” lanjutnya.
Bentrokan kekerasan, termasuk adegan polisi menembakkan gas air mata dan pengunjuk rasa berusaha memblokir jalan raya, telah menghidupkan kembali perdebatan seputar proyek terowongan, yang disepakati oleh Prancis dan Italia pada 2017 dan sebagian disponsori oleh Uni Eropa (UE).
Pemimpin sayap kiri Jean-Luc Mélenchon menolak beberapa pengunjuk rasa disebut "teroris lingkungan" dalam sebuah wawancara dengan afiliasi CNN BFMTV Sunday.
“Anda tidak bisa menyamakan orang yang berdemonstrasi menentang lubang yang digunakan sebagai baskom dengan seseorang yang menembaki Bataclan,” terangnya.
Beberapa pejabat dari partainya, France Unbowed, ikut serta dalam protes tersebut.
Pemerintah Prancis memperkirakan bahwa terowongan baru, bersama dengan kereta api berkecepatan tinggi, dapat memangkas waktu tempuh antara Lyon dan Turin hingga setengahnya dan juga secara signifikan mengurangi waktu tempuh antara Paris dan Milan.
Mereka yang menentang proyek tersebut mengkhawatirkan kemungkinan kerusakan lingkungan dan mengatakan bahwa jaringan kereta api yang ada, meskipun lebih lambat, dapat menangani permintaan.
(Susi Susanti)