JAKARTA - Letjen (Purn) Ismail Saleh SH merupakan mantan Jaksa Agung dan Menteri Kehakiman, yang dijuluki "Pendekar Hukum”. Sosoknya menarik untuk dibahas bertepatan dengan Hari Bhakti Adhyaksa Ke-63 yang jatuh pada hari ini ini, Sabtu 22 Juli 2023.
Ismail Saleh pernah menjabat antara lain Jaksa Agung 1981-1984 dan Menteri Kehakiman RI 1984-1993. Tokoh yang akrab disapa Mas Is itu merupakan kelahiran Pati, Jawa Tengah, 7 September 1926.
Mengutip dari Antara, semasa menjabat Jaksa Agung (1981-1984), Ismail Saleh pernah dijuluki "Trio Punakawan/Pendekar Hukum" bersama Ketua MA Mudjono, SH dan Menteri Kehakiman Ali Said, SH.

Selamat Hari Kejaksaan Nasional 2023, Ini Sejarahnya dari Masa ke Masa
Mantan Menteri Kehakiman (1984-1993), ini tergolong akrab dengan wartawan. Maklum, sebelumnya dia memang menjabat Pemimpin Umum LKBN Antara (1976-1979), maka dia sangat paham bahwa dunia ini sepi tanpa wartawan (pers).
Setelah Pak Harto lengser tanggal 21 Mei tahun 1998, Ismail Saleh tetap menunjukkan diri sebagai seorang mantan menteri pada masa pemerintahan Orde Baru. Dia tidak bersembunyi atau malah ikut-ikutan menghujat mantan penguasa Orde baru itu, seperti dilakoni beberapa mantan pejabat Orde Baru lainnya.
Ismail Saleh yang mengaku secara pribadi tidak dekat dengan Pak Harto, itu mulai bertugas di Sekretariat Negara sebagai Sekretariat Presidium Kabinet (1967-1968). Kemudian menjabat Wakil Sekretaris Kabinet/Asisten Sekneg Urusan Administrasi Pemerintahan (1972) dan Sekretaris Kabinet (1978).

Kisah Hidup Baharuddin Lopa, Jaksa Pemberani Kepercayaan Gus Dur
Setelah itu, sempat ditugaskan sebagai Pj. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (1979-1981), sebelum diangkat menjadi Jaksa Agung (1981-1984) dan Menteri Kehakiman (1984-1988).
Ismail Saleh mengawali karir sebagai anggota intel Tentara Divisi III, Yogyakarta. Kemudian bertugas sebagai anggota Pasukan Ronggolawe Divisi V di Pati dan Wonosobo (1948-1949) sebelum bekerja di Direktorat Kehakiman AD (1952).
Setelah itu, dia bertugas sebagai Perwira Penasihat Hukum Resimen 16, Kediri (1957-1958) dan Jaksa Tentara di Surabaya (1959-1960). Kemudian menjabat Jaksa Tentara Pengadilan Tentara Daerah Pertempuran Indonesia Timur, Manado (1960-1962) dan Oditur Direktorat Kehakiman AD (1962).
Sebelum bertugas di Setneg, dia menjabat Perwira Menengah Inspektorat Kehakiman AD (1964-1965). Namanya semakin populer saat menjabat Jaksa Agung. Pasalnya, dia sering mengadakan kunjungan mendadak ke kantor-kantor kejaksaan.