Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengapa Patah Hati Itu Menyakitkan? Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Pikiran dan Tubuh?

Serli Utari Dewi , Jurnalis-Selasa, 29 Agustus 2023 |14:30 WIB
Mengapa Patah Hati Itu Menyakitkan? Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Pikiran dan Tubuh?
Apa yang sebenarnya terjadi pada pikiran dan tubuh kita saat patah hati? (Foto: Ilustrasi/Sky News)
A
A
A

LONDON - Menurut para ilmuwan seseorang akan memiliki respons pada tubuhnya ketika mengalami kehilangan, putus cinta dan patah hati. Akan banyak sekali keraguan dan rasa tidak aman, membuat seseorang bertanya-tanya, dimana, bagaimana.

Selain itu, parah hati juga berdampak juga pada fisik seseorang. Seperti merasakan sakit kepala, berkurangnya energi yang tiba-tiba, kehilangan selera makan bahkan makanan favorit sekalipun.

“Kita semua merasa sedih ketika dicampakkan,” terang ahli saraf Dr. Lucy Brown, dikutip Sky News.

Menurut dia terdapat senyawa kimia ampuh yang membantu menjelaskan alasan tersebut.

Senyawa kimia yang bernama Serotonin adalah bahan kimia otak yang berhubungan dengan kebahagiaan, oksitosin dengan ikatan dan dopamin akan dipompa setia pikiran anda bekerja. Trinitas tersebut akan naik ketika kita sedang merasa bahagia, namun ketika kita kasar trinitas tersebut akan rendah.

Brown melakukan penelitian mengenai bagaimana dampak patah hati, dengan sampel 15 orang dewasa, melihat bagaimana aktivitas otak mereka pada saat mengalami perpisahan.

Selain itu, Brown memperlihatkan foto-foto mantan pasangan mereka, hasil pemindaian menunjukan otak memperkuat rasa motivasi dan penghargaan, dimana tempat neuron dopaminergik berada mengalami overdrive.

‘Overdrive’ sama saja dengan aktivitas yang berlebihan, Brown membandingkan hal tersebut dengan pecandu kokain yang mencoba melepaskan dirinya dari kecanduan.

Brown menyatakan bahwa saat kehilangan seseorang, kita telah kehilangan bagian yang sangat berharga dalam hidup dan harga diri kita. Mereka telah memberikan hal-hal baru dalam hidup anda yang sekarang tidak ada, jadi kita memerlukan imbalan lain.

Dalam penelitiannya Brown mengatakan bukan hanya rasa sakit emosional yang dialami namun area otak juga berhubungan dengan nyeri fisik.

Insular cortex, dimana memicu bagian otak dan merespon tekanan rasa sakit, seperti halnya dengan rasa panik akibat sengatan lebah yang menyakitkan.

Ketika sedang stres dan emosi akan muncul gejala fisik, seperti sakit kepala dan mual, istilah medisnya adalah somatisasi.

Maka dari itu, sangat penting untuk memiliki hubungan sosial yang baik agar tetap sehat.

Pada 2021, para peneliti AS mengusulkan untuk mengambil isyarat dari sistem saraf ketika kita sedang mengalami masalah karena pada saat itu kita rentan membuat keputusan yang dapat membuat sakit.

Brown mengatakan bahwa patah hati diperlukan seperti “harus berhenti dari kecanduan”, meskipun ia mengakui bahwa seseorang yang sedang patah hati memiliki “nafsu yang menjadi lebih kuat saat sedang kehilangan”.

Seperti kata Brown, terdapat hal-hal baru dan perasaan bahagia lainnya yang perlu dilakukan dengan cara yang sehat dan berkelanjutan.

Brown juga mengatakan, strategi yang baik adalah mulai melakukan hal-hal baru yang selama menjalin hubungan anda tidak pernah melakukannya, seperti berlari atau berpergian.

“Orang-orang selalu mengingat patah hati itu sangat menyakitkan, tetapi anda berubah dan bisa menjadi lebih baik,” ujarnya.

Pengalaman lain dirasakan Florence Williams. Dia merasakan dirinya tertarik dengan rasa sakit yang dialami oleh patah hati.

Ia telah menjalankan pernikahannya selama 25 tahun dan tiba-tiba berantakan. Florence sudah pasti akan merasakan trauma. Ia juga merasakan rasa sakit secara fisik dan kewalahan untuk menghadapinya.

“Saya terkejut dengan kejadian itu, tapi kemudian saya benar-benar bingung dan terkejut dengan betapa berbedanya perasaan saya secara fisik saat menjalaninya,” ujarnya

“Perasaan seperti dicolokkan ke soket listrik yang rusak, perasaan cemas dan kewaspadaan berlebihan serta ketidakmampuan untuk tidur nyenyak, penurunan berat badan dan kebingungan umum. Tubuhku merasa terancam,” terangnya.

Pengalaman Williams dan rasa kebingungan mengirimnya pada pencarian jawaban yang didokumentasikan dalam bukunya, yaitu “Patah Hati: Perjalanan Pribadi dan Ilmiah”

Adapun tekanan emosional yang terjadi secara tiba-tiba dijuluki sebagai “sindrom patah hati” atau kardiomiopati takotsubo.

Williams menekankan pentingnya melakukan hal-hal yang membuat anda tenang yaitu parasimpatis. Bagian lain dari sistem saraf otonom, simpatik, yang menyebabkan kecemasan dan kewaspadaan berlebih.

Berhubungan dengan alam benar-benar bisa membuat kita tenang, selain itu juga teman dan keluarga. Banyak data juga mengatakan bahwa semakin banyak tujuan yang kita buat, semakin bahagia.

Williams mengatakan hal tersebut berlaku untuk semua orang yang “mengalami guncangan emosional dalam hidupnya”.

Sementara itu, Sindy Jodar, perawat jantung senior di British Heart Foundation, mengatakan gejala utamanya yaitu sesak napas dan nyeri dada, bisa mengalami serangan jantung.

“Kebanyakan orang pernah mengalami stres fisik atau emosional, pada saat kehilangan seseorang yang dicintai,” ujarnya.

“Satu-satunya penjelasannya yaitu, saat tubuh stres ia melepaskan banyak katekolamin (adrenalin), dan saat katekolamin yang berada di dalam tubuh menjadi banyak, hal tersebut akan berdampak pada jantung,” lanjutnya.

Hal itu berbeda dengan serangan jantung, kondisi ini tidak menyebabkan penyumbatan pada arteri koroner, namun mengubah bentuk ventrikel kiri pada jantung, yang memompa darah ke seluruh tubuh.

Kondisi tersebut terjadi pada sekitar 5.000 orang per tahunnya di Inggris, dan yang sering terkena adalah wanita menopause, namun sebagian pulih setelah beberapa minggu.

Tidak hanya menjelaskan mengapa patah hati, penolakan dan kehilangan membuat seseorang merasakan hal yang sama, sains juga memberikan solusi.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement