JAKARTA - Gunung Ile Lewotolok merupakan gunung berapi yang terletak di wilayah kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Gunung berapi dengan status aktif ini juga kerap disebut dengan Ile Ape serta memiliki ketinggian 1.445 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung Ile Lewotolok memiliki kawah besar menyerupai kaldera yang berbentuk bulan sabit pada puncaknya.
Sejak awal 2023, gunung Ile Lewotolok telah berulang kali mengalami erupsi. Tetapi rupanya gunung berapi ini juga kerap mengalami erupsi pada tahun-tahun sebelumnya.
Berikut ini informasi mengenai sejarah letusan gunung Ile Lewotolok yang sudah Okezone rangkum dari berbagai sumber, Jumat (15/9/2023) :
Gunung Ile Lewotolok tercatat telah mengalami letusan sejak tahun 1660 kemudian tahun 1819, dan tahun 1849.
Kemudian pada tanggal 5 dan 6 Oktober 1852 kembali terjadi letusan gunung Ile Lewotolok. Kala itu letusannya merusak daerah sekitarnya serta memunculkan kawah batu dan komplek solfatara di sisi timur-tenggara.
Setelahnya gunung berapi ini juga mengalami letusan pada tahun 1864, 1889, dan letusan kecil pada tahun 1920. Berselang 19 tahun kemudian, gunung Ile Lewotolok mengalami kenaikan aktivitas pada tahun 1939 dan 1951.
Gunung Ile Lewotolok sempat berhenti meletus selama 92 tahun sebelum akhirnya kembali meletus pada tahun 2012. Pada saat itu terjadi masa krisis gempa dan peningkatan dari normal ke waspada hingga siaga dalam waktu kurang dari satu bulan. Tetapi kemudian PVMBG kembali menurunkan status siaga ke waspada hingga turun lagi menjadi normal pada Oktober 2013.
Selanjutnya status gunung Ile Lewotolok kembali meningkat dari normal ke waspada pada Oktober 2017 silam. Aktivitas kegempaan yang memporak-porandakan puluhan rumah warga dan fasilitas umum lainnya pada 10 dan 11 Oktober 2017. Terjadi guncangan gempa yang mencapai 4,9 skala richter magnitude. Pemerintah setempat kemudian mengevakuasi warga di sejumlah desa terdampak.
Akibat letusan gunung Ile Lewotolok pada 2017 lalu, yakni sebanyak 11 ruma rusak berat dan 29 lainnya rusak ringan. Para korban juga mengalami guncangan jiwa, ketakutan, hingga gangguan psikologis.
Pada tanggal 29 November 2020, gunung Ile Lewotolok mengalami erupsi ekplosif sehingga warga yang tinggal di kaki gunung terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Status gunung berapi ini pun kembali di naikkan dari waspada menjadi siaga.
Dampak lain dari erupsi gunung Ile Lewotolok pada November 2020 lalu adalah abu vulkanik yang disinyalir dapat menganggu pernapasan. Warga yang berada di sekitar gunung berapi itu pun dihimbau agar mengenakan masker.
Selanjutnya erupsi gunung Ile Lewotolok kembali terjadi pada tahun 2021. Pada saat itu sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur juga dilanda banjir dan tanah longsong akibat dari siklon seroja yang mengakibatkan curah hujan tinggi serta badai petir.
Setelahnya pada Mei 2022 kembali terjadi erupsi dan sempat berstatus siaga. Kemudian yang terbaru, gunung Ile Lewotolok mengalami erupsi pada Kamis (14/9/2023) pukul 05.20 WITA. Tinggi kolom abu terpantau kurang lebih mencapai 600 meter diatas puncak 2.023 mdpl.
Warga yang berada di desa Lamawolo, Lamatokan, dan Jontona dihimbau agar selalu waspada dengan potensi ancaman bahaya dari guguran atau longsoran lava dan awan panas. Warga juga diminta untuk menggunakan masker untuk melindungi hidung dan mulut serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
(Erha Aprili Ramadhoni)