Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Aktivis Hak Perempuan Iran yang Dipenjara, Narges Mohammadi, Memenangkan Nobel Perdamaian

Rahman Asmardika , Jurnalis-Jum'at, 06 Oktober 2023 |19:54 WIB
Aktivis Hak Perempuan Iran yang Dipenjara, Narges Mohammadi, Memenangkan Nobel Perdamaian
Aktivis hak-hak perempuan Iran Narges Mohammadi. (Foto: Reuters)
A
A
A

OSLO - Pengacara hak-hak perempuan Iran yang dipenjara, Narges Mohammadi, memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada Jumat, (6/10/2023). Pemberian hadiah Nobel ini dipandang sebagai teguran terhadap para pemimpin teokratis Teheran dan dukungan terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah.

Komite pembuat penghargaan mengatakan penghargaan tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada semua pihak yang berada di balik demonstrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Iran dan menyerukan pembebasan Mohammadi, (51) yang telah berkampanye untuk hak-hak perempuan dan penghapusan hukuman mati.

“Penghargaan ini pertama-tama merupakan pengakuan atas karya yang sangat penting dari seluruh gerakan di Iran, dengan pemimpinnya yang tak terbantahkan, Narges Mohammadi,” kata Berit Reiss-Andersen, ketua Komite Nobel Norwegia sebagaimana dilansir Reuters.

“Jika pihak berwenang Iran membuat keputusan yang tepat, mereka akan membebaskannya sehingga dia dapat hadir untuk menerima kehormatan ini (pada bulan Desember), yang merupakan harapan utama kami.”

Belum ada reaksi resmi dari Teheran, yang menyebut protes yang dipimpin Barat merupakan subversi.

Namun kantor berita semi-resmi Fars mengatakan Mohammadi "menerima penghargaannya dari pihak Barat" setelah menjadi berita utama "karena tindakannya yang melanggar keamanan nasional."

Mohammadi saat ini menjalani beberapa hukuman di Penjara Evin Teheran dengan hukuman sekitar 12 tahun penjara, menurut organisasi hak asasi Front Line Defenders, salah satu dari sekian banyak masa penahanannya di balik jeruji besi.

Tuduhan tersebut termasuk menyebarkan propaganda melawan negara.

Dia adalah wakil kepala Pusat Pembela Hak Asasi Manusia, sebuah organisasi non-pemerintah yang dipimpin oleh Shirin Ebadi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2003.

Mohammadi adalah wanita ke-19 yang memenangkan penghargaan berusia 122 tahun tersebut dan yang pertama sejak Maria Ressa dari Filipina memenangkan penghargaan tersebut pada 2021 bersama dengan Dmitry Muratov dari Rusia.

“Hadiah Nobel ini akan menguatkan perjuangan Narges untuk hak asasi manusia, namun yang lebih penting, ini sebenarnya adalah hadiah untuk gerakan ‘perempuan, kehidupan dan kebebasan’,” kata suami Mohammadi, Taghi Rahmani, kepada Reuters di rumahnya di Paris.

Hadiah Nobel Perdamaian, senilai 11 juta kronor Swedia, atau sekitar USD1 juta, akan diserahkan di Oslo pada 10 Desember, bertepatan dengan hari kematian industrialis Swedia Alfred Nobel, yang mendirikan penghargaan tersebut dalam surat wasiatnya pada 1895.

Pemenang masa lalu berkisar dari Martin Luther King hingga Nelson Mandela.

Ketua komite Reiss-Andersen memulai pidatonya dengan mengatakan, dalam bahasa Farsi, kata-kata untuk "perempuan, kehidupan, kebebasan" - slogan protes - dan mengatakan bahwa penghargaan tersebut mengakui ratusan ribu orang yang menentang diskriminasi dan penindasan terhadap perempuan di Iran.

Penghargaan tersebut diberikan ketika kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa seorang gadis remaja Iran dirawat di rumah sakit dalam keadaan koma setelah terjadi konfrontasi di metro Teheran karena tidak mengenakan jilbab.

Pihak berwenang Iran membantah laporan tersebut.

Kemenangan Mohammadi juga terjadi setahun setelah kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral karena diduga melanggar aturan berpakaian Republik Islam untuk perempuan.

Hal ini memicu protes nasional, tantangan terbesar bagi pemerintah Iran selama bertahun-tahun, dan ditanggapi dengan tindakan keras yang mematikan.

Di antara aliran penghormatan dari badan-badan besar global, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan penghargaan Nobel menyoroti keberanian perempuan Iran. “Kami telah melihat keberanian dan tekad mereka dalam menghadapi pembalasan, intimidasi, kekerasan dan penahanan,” kata juru bicaranya Elizabeth Throssell.

"Mereka dilecehkan karena apa yang mereka kenakan atau tidak kenakan. Ada tindakan hukum, sosial dan ekonomi yang semakin ketat terhadap mereka... mereka adalah inspirasi bagi dunia."

Saudara laki-laki Mohammadi mengatakan hadiah yang diberikan sangat besar dan dia berharap hal ini akan membuat para aktivis Iran lebih aman. “Situasi di sana sangat berbahaya, para aktivis di sana bisa kehilangan nyawa mereka,” kata Hamidreza Mohammed kepada lembaga penyiaran publik Norwegia, NRK.

Dan Smith, kepala lembaga pemikir Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, mengatakan bahwa meskipun hadiah tersebut dapat membantu mengurangi tekanan terhadap para pembangkang Iran, hal itu tidak mungkin mengarah pada pembebasannya.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement