 
                Berjuang Melawan Belanda
Setelah suaminya wafat, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar di tahun 1880. Pernikahan keduanya cukup fenomenal karena mereka memutuskan bersatu untuk melawan penjajah. Hal ini tentu membangunkan semangat para pejuang Aceh untuk bersatu bersama dalam melawan kolonial Belanda.
Teuku Umar dikenal sebagai sosok cerdik dengan strateginya yaitu mendekatkan diri dengan Belanda. Pada 30 September 1893, ia bersama 150 pasukannya berpura-pura menyerahkan diri untuk mendapatkan pasokan persenjataan yang dapat mereka ambil untuk menyerang penjajah kembali.
Teuku Umar kembali mengelabui Belanda dengan merancang rencana palsu yang mengatakan bahwa ia akan segera menyerang Aceh. Namun, momen itu dimanfaatkan ia bersama Cut Nyak Dien seluruh pasukannya untuk membawa amunisi Belanda dan pergi dari markas Belanda sehingga tak pernah kembali lagi.
Belanda yang marah segera melancarkan operasi untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Teuku Umar yang didampingi Cut Nyak Dien bersama pasukannya pun melawan serangan. Pada tahun 1898, keadaan kembali genting sehingga Cut Nyak Dien diungsikan ke tempat yang aman.
Namun, Belanda berhasil mengepung pasukan Teuku Umar di Meulaboh sehingga terjadi pertempuran besar yang membuat Teuku Umar gugur dalam perjuangan. Cut Nyak Dien yang mengetahui berita kematian suaminya pun tetap tidak kehilangan semangat juang meskipun kondisi fisiknya terus melemah.
Cut Nyak Dien pun membuat strategi dengan menyamar sebagai laki-laki dan maju bertempur dengan Belanda. Dengan rencong di tangan kiri serta pedang di tangan kanannya, Cut Nyak Dien meneruskan perjuangan para pejuang Aceh yang gugur dalam pertempuran.
Kabar perjuangan Cut Nyak Dien pun kembali membangunkan gairah semangat masyarakat untuk melawan penjajah. Cut Nyak Dien terus berpindah wilayah demi menghindari pengintaian Belanda sembari memberikan dorongan dan semangat kepada para pemuda untuk berjuang.