Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Prajurit Kopassus Tanamkan Nasionalisme di Papua

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Kamis, 30 November 2023 |06:23 WIB
Kisah Prajurit Kopassus Tanamkan Nasionalisme di Papua
Kisah prajurit Kopassus tanamkan nasionalisme di Papua. (Ist)
A
A
A

JAKARTA – Satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merupakan pasukan elite TNI AD yang siap ditugaskan dimanapun diperlukan. Selain kemampuan tempur, para prajurit baret merah TNI AD itu memiliki berbagai pengalaman di luar medan perang.

Iwan Santosa dan EA Natanegara dalam bukunya “Kopassus Untuk Indonesia” menceritakan kisah Letda Gondolpus Borlak, ketika bertugas ke Papua dan menjadi sahabat warga di Tanah Cendrawasih.

Dikisahkan, saat itu Papua masih memiliki banyak ketertinggalan di bidang pembangunan. Banyak warga Papua yang masih hidup secara tradisional, bahkan tinggal di hutan sehingga tidak mengetahui keberadaan NKRI.

Dalam kondisi ini, anggota Kopassus dikirimkan ke Papua dengan tujuan menjaga kedaulatan NKRI. Tugas ini dilakukan para prajurit Kopassus dengan mengangkat senjata maupun merebut hati warga Papua.

Karena itu, prajurit Kopassus harus memperkenal NKRI terlebih dahulu sebelum menanamkan jiwa nasionalisme kepada warga Papua.

Agar upaya itu berhasil, prajurit Kopassus harus bisa berbaur dengan masyarakat dengan menggunakan pendekatan adat. Namun, strategi itu tidaklah mudah diterapkan karena ada kelompok separatis selalu mengintai mereka.

Prajurit Kopassus memahami bahwa kunci utama merebut hati warga dengan cara komunikasi yang baik, menyetarakan pandangan, serta menghargai dan menyayangi layaknya manusia.

Letda Gondolpus Borlak merupakan salah satu prajurit yang ditugaskan di pos Timika, Papua, pada 1996 dengan tujuan meraih simpati rakyat Papua dan membangun jaringan informasi di tiap kecamatan. Selama bertugas di Papua, menurut Borlak, kehidupan masyarakat Papua masih banyak tertinggal.

"Orang pedalaman itu ada yang belum pernah sampai ke Merauke. Ada juga yang belum pernah melihat mobil secara fisik itu seperti apa. Bukan itu saja, sampai sekarang pun seperti itu," ujar Borlak.

Borlak dan rekannya Kolonel Pomiman Basuki berusaha keras mengembalikan citra NKRI kepada warga Papua dengan cara baik-baik.

"Yang penting kita bisa menciptakan suasana hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat mengakui Indonesia itu adalah negaranya," kata Borlak.

Selama berada di Papua, Borlak tidak segan berbaur dan mengikuti adat warga lokal, sehingga masyarakat dengan mudah menerima Borlak karena dianggap memahami budaya warga Papua. Ini juga didukung latar belakang Borlak sebagai mantan guru agama Kristen Katolik, agama mayoritas warga Timika.

Namun, bukan berarti hanya orang-orang beragama Kristen saja yang bisa diterima warga Papua.

Borlak menceritakan seorang prajurit Kopassus beragama Islam yang sukses berbaur dengan masyarakat lokal di Papua.

"Namanya Serma Haji Sumpena. Dia beragama Islam, tetapi di kalangan orang Kristen dan petinggi kelompok separatis Kristen itu dia bisa membawa diri dengan baik, bahkan bisa bersalam-salaman. Sehingga ketika pada suatu kesempatan terjadi penyanderaan, kami bisa bernegosiasi dan sandera pun bisa dikembalikan tanpa tebusan uang," kenangnya.

Banyak prajurit Kopassus yang pernah bertugas di Papua juga menjadi guru di sela-sela tugasnya. Bahkan, mantri yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan harus siap menjadi apa saja kala masyarakat membutuhkan.

Interaksi antara prajurit Kopassus dan warga Papua membuat pasukan elite TNI AD Itu mendapat julukan unik dari masyarakat yaitu “Bapak Maleo”.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement