Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Para Penjaga Benteng Pesisir Laut Jawa

Taufik Budi , Jurnalis-Minggu, 10 Desember 2023 |21:12 WIB
Para Penjaga Benteng Pesisir Laut Jawa
A
A
A

SEMARANG – Suaranya terdengar lantang beradu keras dengan gemuruh mesin perahu di pesisir Dusun Tapak, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah. Dia memberi komando pada 50 siswa PKBM Eduhouse Semarang untuk mengenakan pelampung.

Pria itu adalah Sutopo, yang sehari-hari menjadi motor pengelola Eco Eduwisata Mangrove Tapak. Di sela suara kerasnya, bapak tiga anak itu sesekali melempar candaan hingga mengundang gelak tawa riang anak-anak yang sibuk mengaitkan tali pelampung.

Mereka semua terlibat dalam kegiatan pemberdayaan lingkungan dan pelestarian mangrove. Terdapat tujuh perahu yang sudah menanti mereka untuk menyusuri sungai menjelajah hutan mangrove. Pohon mangrove di kanan-kiri sungai tampak berjajar rapat dengan daun yang bertemu tepat di atas sungai, hingga seolah membentuk gapura panjang.

Akar-akar mangrove yang terekspos di muka tanah tampak kokoh mencengkeram tanah. Sejumlah guru dan orang tua pendamping sibuk mengabadikan putra-putri mereka yang tampak antusias, dengan kamera ponsel.

Sekira 30 menit rombongan perahu tiba di dermaga lokasi Eco Eduwisata Mangrove Tapak. Tempat ini dilengkapi gubuk untuk bersantai wisatawan. Selain itu terdapat jalur jembatan dari papan kayu agar para pengunjung bisa berjalan sekaligus berswafoto sambil menikmati indahnya alam. Yang paling ramai dan menjadi rebutan anak-anak adalah wahana ayunan di ujung jembatan.

Sutopo menyampaikan, wisata rehabilitasi mangrove itu telah melalui perjalanan panjang. Bermula saat masyarakat mulai sadar mesti menjaga lingkungan, karena sejumlah lahan tambak rusak pada 2003. Saat itu, tambak yang menjadi sumber penghasilan warga rusak akibat serangan ombak, dan garis pantai menggerus 200 meter menuju permukiman.

“Kita semua tahu pesisir pantai di Kota Semarang ini mengalami penurunan muka tanah atau abrasi yang cukup parah,” kata Sutopo saat mengawali ceritanya kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (9/12/2023).

Warga lantas mengambil berbagai inisiatif sendiri-sendiri, termasuk menanam mangrove, untuk menahan laju abrasi. Hingga pada 2015, mereka sepakat membentuk Eco Eduwisata Mangrove Tapak. Komunitas ini tidak hanya gencar menanam mangrove, tetapi juga menggelar sekolah mangrove untuk mengajarkan tata cara dan jenis mangrove yang bisa ditanam di pesisir Semarang.

“Maka dari itu kita bersama-sama kelompok petani, nelayan, serta Prenjak atau Pemuda Pecinta Alam Tapak mempunyai kesadaran penuh untuk bersama-sama melestarikan melindungi tumbuhan mangrove di lingkungan kita,” lanjut dia.

Selain berfungsi sebagai benteng alamiah, hutan mangrove juga menjadi destinasi wisata. Sekolah mangrove yang awalnya hanya untuk anggota komunitas, kini juga diminati wisatawan termasuk anak-anak.

Mereka mendengarkan penjelasan pentingnya mangrove untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Kemudian, wisatawan diajak terlibat langsung menjaga alam dengan menanam mangrove dan membersihkan sampah di kawasan pantai.

“Kita ketahui bersama bahwa mangrove di sini memiliki manfaat sebagai benteng utama untuk menanggulangi abrasi di pesisir pantai Kota Semarang. Makanya kita sering ajak anak-anak untuk menanam mangrove, agar nantinya mereka bisa sejak dini mengerti akan keseimbangan alam,” terangnya.

Pria lulusan SMK Otomotif itu menyebut terdapat enam jenis mangrove yang ditanam di pesisir Tapak Kota Semarang. Di antaranya adalah Rhizopora mucronata, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Avicennia marina, Avicennia alba, dan Bruguiera.

“Dari awal tahun sampai sekarang Desember 2023 kita sudah menanam 27.000 pohon mangrove, dengan luasan sekira 7-10 hektare, dengan panjang garis pantai 2 kilometer di tepi Pantai Tirang bagian barat,” ungkap dia.

“Ke depan kita akan terus menanam mangrove di tepi pantai, dengan tujuan utama untuk membentengi pesisir pantai. Targetnya pada tahun 2024 kita akan menanam sekitar 50.000 tumbuhan mangrove,” tandas dia.

Sutopo bersama rekan-rekannya tak hanya memberikan pengetahuan tentang mangrove, tetapi juga menciptakan suasana yang penuh semangat dan keceriaan. Para penjaga benteng pesisir Laut Jawa tidak hanya melindungi wilayah mereka dari potensi ancaman alam, tetapi juga turut membentuk kesadaran lingkungan pada generasi muda.

Kepala PKBM Eduhouse Kota Semarang, Lingga Yani Suntoro, mengaku memiliki perhatian besar pada pelestarian lingkungan di pesisir. Apalagi, Kota Semarang yang menjadi Ibu Kota Jawa Tengah juga berada di kawasan pesisir Laut Jawa.

“Kita adalah warga pesisir, karena warga Semarang ini dekat dengan pantai. Tapi sayangnya mereka jarang dikenalkan atau dikaitkan dengan hal-hal seperti ini (menanam mangrove). Jadi sebetulnya ini adalah satu pengalaman yang baik untuk anak-anak dan membuka wawasan, serta memasukkan ide ke mereka kita ini bagian dari kawasan pesisir,” beber Lingga.

“Sekarang ini terjadi krisis iklim dan sudah mulai tergerus garis pantainya. Jadi semakin menggerus daratan. Jadi kami mengajak anak-anak ini untuk menanggulangi krisis iklim salah satunya dengan menanam mangrove. Bahwa mangrove adalah absorber (menyerap) karbon dioksida, yang itu akan membantu penurunan panas bumi dan juga membantu untuk melawan abrasi,” imbuhnya lagi.

Puluhan pelajar kelas 1-4 SD yang mengikuti kegiatan sekolah di alam bebas itu mendapat pengalaman baru. Mereka bersemangat mengikuti sekolah mangrove dan bisa menyaksikan secara langsung biota laut seperti kepiting dan kerang.

“Tadi setelah menerima penjelasan tentang mangrove kita naik perahu lagi menuju pantai. Di situ kita menanam mangrove. Caranya ambil bibit, lalu buka plastik yang membungkus akarnya, dan dimasukkan ke lubang, dan tutup pakai pasir pantai. Biar kuat berdiri kasih tiang bambu,” ujar Annabelle, pelajar kelas 4.

“Seru kegiatan ini,kita bisa gali-gali lubang di pantai untuk tanam mangrove. Kita perlu menjaga mangrove, supaya karena mangrove bisa sebagai pagar di pesisir pantai. Kalau mangrove tidak ada, bisa terjadi banjir karena terkena ombak,” imbuh Narayana, pelajar kelas 4.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement