Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

19 Tahun Tsunami Aceh, Dokter Ini Kenang Kisah Pilu Pasien Meninggal Penuhi RS

Syukri Syarifuddin , Jurnalis-Senin, 25 Desember 2023 |10:30 WIB
19 Tahun Tsunami Aceh, Dokter Ini Kenang Kisah Pilu Pasien Meninggal Penuhi RS
Dr Zainal Bakri. (Foto: MPI)
A
A
A

ACEH - Bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami 24 Desember 2004 silam menyimpan sejuta luka dan air mata bagi masyarakat di Provinsi Aceh, termasuk dr Zainal Bakri. Dokter spesialis kandungan itu terjun langsung menangani korban tsunami kala itu.

Tsunami setelah gempa 9,3 skala richter di Aceh itu terjadi 19 tahun lalu. Namun tragedi yang menelan ratusan ribu jiwa dan meluluhlantantakkan harta benda hingga kini masih membekas di ingatan masyarakat Aceh dan dunia.

BACA JUGA:

Ancaman Tsunami Dahsyat, BMKG: Negara Kawasan Samudera Hindia Harus Perkuat Kolaborasi 

Salah satunya dirasakan dr Zainal, pemilik Rumah Sakit Harapan Bunda yang terletak di Desa Setui, Kecamatan Baiturahman, Kota Banda Aceh.

Kala bencana alam maha dahsyat terjadi, dr Zainal tetap membuka rumah sakitnya di saat semua fasilitas kesehatan di Ibu Kota Provinsi Aceh lumpuh total. Alasan kemanusian dan panggilan jiwa demi membantu sesama mendorong dr Zainal rela tidak dibayar. Tujuannya menyelamatkan jiwa yang masih selamat dari hantaman gelombang tsunami Aceh.

Dari pengakuan dr Zainal, ia bersama para medis di rumah sakit tetap membuka pelayanan agar bisa membantu ratusan korban yang masih selamat. “Kami merawat mulai dari pasien terluka akibat hantaman benda tajam hingga pasien yang selamat akibat tersapu gelombang tsunami,” kenangnya, Senin (25/12/2023).

BACA JUGA:

Gempa M5,2 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami 

“Waktu itu saya tidak membayangkan tsunami begitu hebat, rumah sakit yang buka hanya RS Harapan Bunda dan Kesdam, pasien berdatangan, dan banyak yang datang itu sudah meninggal, semua datang dalam keadaan basah dan bercampur pasir,” ucapnya.

“Waktu di IGD penuh mayat sampai mayat juga ditaruh di luar IGD, waktu sudah ada 50 mayat, belum lagi ada yang datang dalam keadaan sesak. Kita tak ada pikir soal pembiayaan, kita rawat saja dulu. Pegawai ada tiga hari tiga malam tidak pulang ke rumah, tidak ganti pakaian sama sekali,” sambungnya.

Wisna Nelly, salah seorang pasien Rumah Sakit Harapan Bunda yang hendak melahirkan 19 tahun silam mengaku bersyukur karena masih ada rumah sakit yang bisa melayani persalinannya kala itu.

Panggilan kemanusiaan menolong sesama dalam berbagai kondisi terutama untuk menyelamatkan nyawa, menjadi kepuasan batin bagi sejumlah para medis yang berjibaku 26 Desember 2004 silam di Bumi Serambi Mekkah.

(Qur'anul Hidayat)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement