Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Deretan Tragedi Berdarah di Zaman Soeharto, dari Malari hingga Semanggi

Tim Litbang MPI , Jurnalis-Sabtu, 17 Februari 2024 |07:06 WIB
Deretan Tragedi Berdarah di Zaman Soeharto, dari Malari hingga Semanggi
Aksi mengenang Tragedi Trisakti 1998 (Foto: Okezone.com)
A
A
A

SOEHARTO merupakan Presiden terlama menjabat dalam sejarah Republik Indonesia. Selama 32 tahun berkuasa sejak 1967, pemerintah Orde Baru yang dikendalikan Soeharto sangat kuat dan otoriter. Stabilitas politik terjaga tapi tak ada nilai demokratis.

Orde Baru menutup rapat-rapat ruang kritik. Siapa yang berani mengkritisi pemerintah Soeharto, siap-siap berhadapan dengan aparat keamanan. Hal ini membuat pemerintah melenggang nyaris tanpa pengawasan, hingga akhirnya Indonesia jatuh dalam jurang krisis dan muncullah demonstrasi besar-besaran.

Pada 1998, Soeharto berhasil ditumbangkan oleh desakan mahasiswa dan masyarakat yang sudah muak dengan Orde Baru. Lalu Indonesia masuk dalam fase baru, era reformasi.

 BACA JUGA:

Sepanjang Soeharto berkuasa, ada begitu banyak peristiwa besar terjadi yang beberapa di antaranya dianggap sebagai tragedi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat.

Berikut 3 di antara tragedi berdarah pada zaman Orde Baru Soeharto dirangkum dari beberapa sumber.

1. Malari 1974

Malapetaka Lima Belas Januari atau yang dikenal Malari terjadi pada 15 Januari 1954 ketika Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka bertemu dengan Presiden Soeharto.

Saat itu, mahasiswa menilai kebijakan ekonomi Soeharto berpihak kepada investasi asing. Mereka pun turun ke jalan serta menggelar unjuk rasa. Aksi demo ini pun diawali dengan long march ribuan mahasiswa dari Universitas Indonesia di Salemba menuju Universitas Trisakti.

 BACA JUGA:

Namun sayangnya, aksi demo mahasiswa ini disusupi oleh pihak luar hingga akhirnya terjadi kerusuhan dan penjarahan. Akibat peristiwa ini, 11 orang tewas dan 775 orang ditahan.

2. Trisakti 1998

Peristiwa Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998. Para mahasiwa menuntut Presiden Soeharto lengser dari jabatannya. Akibat demo ini, empat mahasiwa Universitas Trisakti tewas.

Pada 13 Mei 1998, aksi demo berlanjut, Jakarta menjadi lautan aksi massa. Lalu pada 14 Mei 1998, aksi demo ini mencapai puncaknya. Tak hanya aksi demo, terjadi juga pembakaran hingga penjarahan. Banyak toko hingga rumah yang rusak. Selain itu, banyak harta benda yang dijarah.

Kondisi yang memburuk tersebut membuat Presiden Soeharto lengser dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Akibat peristiwa ini, Kodam Jaya mencatat 463 orang tewas, Polda Metro Jaya mencatat 451 orang tewas, Pemprov DKI Jakarta mencatat 288 orang tewas.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement