Dalam peran barunya, Abdullah terus mengikuti banyak pedoman ayahnya. Setelah serangan 11 September 2001, Abdullah mendukung upaya AS untuk memerangi terorisme, dan setelah invasi pimpinan AS ke Irak tahun 2003, pasukan AS diizinkan untuk mempertahankan pangkalan di Yordania.
Mendukung perjanjian perdamaian Arab-Israel juga menjadi prioritas utama Abdullah.
Ia terus menunjukkan komitmennya terhadap proses perdamaian dengan berpartisipasi dalam negosiasi solusi dua negara, bertemu dengan para pemimpin Israel dan Palestina, dan menarik perhatian internasional terhadap masalah ini.
Di Yordania, Abdullah mempromosikan modernisasi ekonomi dan sosial dengan memperkenalkan reformasi pasar bebas dan berbagai inisiatif untuk meningkatkan status perempuan.
Liberalisasi politik menjadi prioritas yang lebih rendah. Perdana Menteri Abdullah telah mengambil beberapa langkah untuk memungkinkan partisipasi politik yang lebih besar, namun langkah tersebut masih ragu-ragu dan sering kali kontraproduktif.
Yang paling penting, Abdullah berusaha mengendalikan Front Aksi Islam, sayap politik Ikhwanul Muslimin di Yordania dan kelompok oposisi terbesar di negara itu, dan berupaya meningkatkan pemungutan suara berdasarkan platform, bukan kepentingan pribadi atau suku pembaruan.
(Susi Susanti)