Dalam arus mudik dan balik Lebaran 2024 yang baru saja dilewati, indikator ini terus dipantau selama dua puluh empat jam. Jika dalam tiga jam berturut turut terlihat jumlah kendaraan per jam, mendekati batas maksimum indikator, maka dipersiapkan rekayasa lalu lintas seperti one way dan contraflow.
Sebaliknya, jika lalu lintas menurun dan tampak lengang, indikator volume kendaraan per jam juga dipantau selama tiga jam berturut-turut sebelum rekayasa lalu lintas dihentikan kepolisian.
"Aplikasi JID ini juga mampu melakukan prediksi kondisi lalu lintas dalam satu atau tiga jam ke depan apakah akan terjadi kepadatan atau lancar, indikator-indikator inilah yang kami koordinasikan kepada stakeholder, khususnya kepada kepolisian sebagai pemegang diskresi atas langkah rekayasa lalu lintas,” ucap Subakti.
Indikator volume kendaraan per jam bukan hanya diterapkan di jalur tol, namun juga diterapkan pada semua gerbang tol. Hal ini untuk memastikan kapasitas gerbang tol, selalu cukup dalam melayani antrian pengendara yang melakukan transaksi.
Bila antrian semakin meningkat, maka Jasa Marga menambahkan kapasitas transaksi gerbang tol dengan mengoperasikan gardu reversible, gardu miring/Oblique Approach Booth (OAB), tambahan mobile reader dan petugas gerbang.
Aplikasi Travoy, Teknologi bagi Pengguna Jalan Tol
Aplikasi Travoy. (Foto: dok Jasa Marga)
Tidak hanya bagi Jasa Marga, informasi berupa kondisi lalu lintas terkini maupun rekayasa yang diberlakukan juga dapat diakses pengguna jalan melalui aplikasi Travoy.
Di dalam aplikasi Travoy, tersedia informasi lalu lintas secara real time baik melalui pantauan CCTV maupun melalui fitur terbarunya, push notification. Melalui fitur ini, setiap kejadian lalu lintas dapat diterima pengguna jalan tanpa perlu membuka aplikasi Travoy.