Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Penyandang Disabilitas Pengepul Rongsokan di Pondok Kopi

Muhammad Farhan , Jurnalis-Minggu, 28 April 2024 |20:27 WIB
Kisah Penyandang Disabilitas Pengepul Rongsokan di Pondok Kopi
Kisah disabilitas pengepul barang rongsokan (Foto: MPI)
A
A
A

Jaelani pun berbicara terbata-bata dan kondisi kesehatannya semakin diperparah oleh gejala stroke yang dideritanya sejak tiga tahun lalu.

"Terus terang saja, saya sedari kecil sudah pincang. Tetapi kena gejala stroke juga. Ini gejalanya belum lama (stroke), baru tiga tahun lalu. Tetapi pincangnya sejak di dalam kandungan kalau kata ibu saya," jelas Jaelani.

Jaelani mengungkapkan bahwa sebelum terkena gejala stroke, dirinya mengaku masih bisa berlari kencang dan bekerja selayaknya orang normal meski mengalami pincang dan tangan kanan yang sulit bergerak.

"Jadi diperparah semenjak stroke, tetapi modal saya cuma satu, semangat. Pokoknya harus bekerja, tidak ada yang lain. Justru semakin banyak bekerja, badan saya semakin segar," terang Jaelani.

Jaelani mengungkapkan bahwa dari kecil, dirinya takut untuk tidak menggerakkan badannya. Menurut dia, sudah menjadi kebiasaannya jika tidak bergerak sama sekali, kondisi badannya justru malah terasa lemas.

"Justru kalau tidak bekerja, saya merasa lemas sekali. Gejala stroke ini juga, terus terang saja, saya tidak tahu menahu, tidak ada gejala sakit atau karena apa pun. Tiba-tiba pingsan dan terasa lemas sampai sekarang," ujarnya.

Di sisi lain, Jaelani bercerita dengan kehidupannya yang sederhana dan penuh syukur lantaran menikmati setiap pekerjaan yang dijalaninya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya tersebut.

"Menikmati saja pekerjaan ini. Yang penting bekerja, kadang dibantu istri tetapi sekarang beliau lagi pulang kampung, jadi sendirian dulu ini," terang Jaelani yang masih memilah-milah botol plastik bekas.

Jaelani mengatakan, total keuntungannya per pekan bisa bervariasi. Jika tengah ramai sortiran, kata Jaelani, bisa mengantongi kisaran Rp400 ribu hingga Rp500ribu. Sedangkan jika sepi, ia hanya mendapatkan Rp200 ribu hingga Rp300 ribu saja.

"Itu juga kalau dibayarnya kontan, kadang menunggu dulu. Terus juga kalau tenaga saya lagi ada juga, kadang-kadang suka kelelahan, jadinya bisa libur dulu," tutur Jaelani.

Jaelani pun berpesan kepada orang-orang yang dengan kondisi keterbatasan tetap harus bekerja dan bersemangat. Baginya, setiap insan yang diciptakan oleh Tuhan, pasti memiliki peran dan manfaat bagi sesamanya.

"Yang penting kita bekerja secara tulus dan ikhlas, insyaallah masa depan pasti ada saja. Allah kan Maha Tahu, apalagi untuk kehidupan dan rumah tangga," jelas Jaelani.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement