JAKARTA – Pemerintah pernah melakukan perampingan besar-besaran di tubuh TNI mulai dari Kodam hingga Kopassus pada era 1980-an. Tentu saja kebijakan ini menimbulkan perdebatan. Sintong Panjaitan, komandan Kopassus saat itu sempat berselisih dengan seniornya Jenderal Benny Moerdani yang menjabat Panglima ABRI saat itu.
Benny Moerdani waktu itu ingin membenahi ABRI dengan mengambil langkah pemotongan aturan, meningkatkan efisiensi, dan meninggalkan profesionalisme.
Tak hanya itu, ia juga mengubah sistem komando kawasan sebagai Tingkatan Darat, Tingkatakn Laut, dan Tingkatan Udara. Komando Kawasan Militer (Kodam) diturunkan dari 16 menjadi 10, 8 Komando Kawasan Tingkatan Laut (Kodaeral) dirampingkan menjadi 2 Komando Armada, dan 8 Komando Kawasan Tingkatan Udara (Kodau) sama-sama dirampingkan menjadi 2 Komando Operasi.
Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan merasa sedih atas pemberlakuan perampingan tersebut. Saat itu, Sintong menjabat sebagai komandan pertama Grup 3 Para Komando. Sejak awal, dia sudah menentang keras adanya ide perampingan di tubuh TNI, termasuk perampingan Kopassus oleh Benny Moerdani.
Argumentasi terkait ketidak setujuan atas ide tersebut ia lontarkan dengan harapan Jenderal TNI (Purn) Benny Moedarni berupah pikiran dan tidak melanjutkan perampingan tersebut.
Ia berargumen dengan Jenderal TNI (Purn) Benny Moerdani dengan mencoba meyakinkannya bahwa biaya yang dikeluarkan justru akan semakin boros jika perampingan dilakukan. Jumlah prajurit yang sedikit berarti harus mengadakan latihan yang lebih banyak agar dapat menyamai kekuatan prajurit berjumlah besar.
"Jadi, Bapak kalau nggak punya duit, jangan dikecilkan," kata Sintong saat itu, dikutip MNC Potral dari buku Kopassus untuk Indonesia, Profesionalisme Prajurit Kopassus.
BACA JUGA:
Argumen tersebut langsung dipatahkan. Jenderal TNI (Purn) Benny Moerdani menjawab tegas, perampingan tetap dilakukan.
Sintong masih mencoba menyampaikan berbagai argumentasi untuk mencegah pengurangan prajurit Kopassus, namun tidak berhasil.
Perampingan di tubuh TNI termasuk Kopassus pada akhirnya tetap harus dilaksanakan. Salah satunya alih status Brigif 3 Linud Kopassus di Kariango menjadi Brigif Limud 3/Kostrad.
Sebelum dilakukan perampingan seluruh anggota Koppasus melakukan seleksi dilaksanakan di Sukabumi pada 1986. Anggota Kopassus kembali menjalani ujian di medan berat untuk diukur kemampuan fisik, mental, dan kecerdasannya. Tes dilakukan satu-satu dan didampingi psikiater. Latihan patroli malam hari juga dilakukan.