NEW YORK – Para pemimpin asing sedang memikirkan bagaimana mereka akan menghadapi Kamala Harris jika dia memenangkan kursi kepresidenan. Seperti diketahui, Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS) Kamala Harris adalah calon presiden (capres) dari Partai Demokrat setelah Presiden AS Joe Biden keluar dari pencalonan.
Salah satu negara yang cukup ketar-ketir adalah Arab Saudi yang memiliki hubungan buruk dengan AS. Beberapa pengamat mengatakan Arab Saudi mungkin tidak menemukan banyak hal yang bisa disukai dari Harris. Mundurnya Biden dari pemilihan presiden AS memberikan banyak hal untuk dipikirkan oleh para pemimpin asing.
Di antara mereka adalah Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang menurut seorang pakar kemungkinan akan mewaspadai calon penerusnya, Kamala Harris.
“Kandidat presiden liberal seperti Kamala Harris, yang dekat dengan aktivis hak asasi manusia juga akan mengkhawatirkan,” kata Mathew Burrows, anggota senior tim peneliti di wadah pemikir Stimson Center.
Burrows mengatakan Putra Mahkota Mohammed khawatir bahwa, di bawah pemerintahan Harris yang liberal, Partai Demokrat akan lebih vokal mengenai catatan hak asasi manusia Saudi yang suram.
Biden diketahui berjanji akan mengambil tindakan keras terhadap Arab Saudi, terutama setelah pembunuhan jurnalis pembangkang Jamal Khashoggi pada tahun 2018.
Harris, dalam kampanyenya pada tahun 2020, juga vokal tentang pembunuhan tersebut. Dia menyebutnya sebagai serangan terhadap jurnalis di mana pun dan mendukung undang-undang di Senat untuk mempublikasikan lebih banyak informasi tentang kematiannya.
Pada saat yang sama, dia mengatakan AS perlu secara mendasar mengevaluasi kembali hubungan kami dengan Arab Saudi, menggunakan pengaruh kami untuk membela nilai-nilai dan kepentingan Amerika.
Adapun Biden diketahui telah mencapai semacam kesepakatan dengan Putra Mahkota Mohammed, dengan fokus menentang Iran dan mencari stabilitas di Timur Tengah.